Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang pria yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.
Dia terus berharap agar kamma baik berbuah dalam bentuk keselamatan. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.
Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya rumah-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya.
Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam.
Pria ini berteriak marah dan menyesali kamma buruknya yang berbuah bertubi-tubi.
Mengapa?
Mengapa harus semua kamma buruk berbuah dalam satu waktu yang hampir bersamaan?
Tiba-tiba.terdengar peluit yang ditiup. Tuittt..tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini.
Pria ini kembali terkejut.
Ia lalu bertanya: “Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini ?”
Mereka menjawab : “Kami melihat simbol asapmu.”
Teman, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah, kecewa dan menyesal saat musibah itu tiba. Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang.Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan semangat dan kebijaksanaan kita.
SUATU MUSIBAH, PASTI ADA HIKMAHNYA
Dan teman, ingatlah, saat ada asap dan api yang membubung dan membakar dalam batinmu, jangan kecil hati.
Jangan sesali semua itu.
Jangan hilangkan perasaan sabar dari dalam batinmu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, pengendalian pikiran serta kebijaksanaan dapat menjadi awal penyelesaian masalah secara membahagiakan.
Jangan hilangkan harapan, semangat dan kebijaksanaan itu.