Dari arena Olimpiade banyak kisah inspiratif yang menyentuh. Dan
dari arena Olimpiade Beijing 2008, muncullah kisah Matthias Steiner,
atlet angkat berat yang memutuskan pindah kewarganegaraan demi sang
istri.
Steiner lahir di Wina, Austria, 25 Agustus 1982, dari orangtua penggiat
olahraga. Ia mulai menekuni olahraga angkat berat pada tahun 1995 saat
usianya 13 tahun. Namun kecintaannya pada olahraga ini mendadak hancur
ketika ia merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Saat itu tiba-tiba ia
sering dilanda rasa haus yang mendera. Napsu makan hilang dan dalam
tempo tiga bulan bobot tubuhnya turun 5 kg. Ia kemudian memeriksakan
diri ke dokter. Dan analisa dokter mengagetkannya karena ia dinyatakan
terkena diabetes.
Meski kaget dengan penyakitnya, ia memutuskan untuk tetap berlatih
angkat berat. Tahun 2004 ia bisa mewakili negaranya Austria ikut
Olimpiade Athena. Namun ia hanya mampu menduduki urutan ke-7 sehingga
gagal mempersembahkan medali.
Setelah Olimpiade Athena, ia menikahi perempuan Jerman, Susann, yang
adalah penggemarnya. Namun setelah itu ia mengalami pergolakan hubungan
dengan staf pelatih angkat berat Austria. Entah bagaimana kejadiannya.
Yang jelas Steiner begitu terpukul. Sampai-sampai ia memutuskan untuk
tidak memperkuat tim angkat berat negaranya, Austria. Ia lalu mengajukan
diri menjadi warga negara Jerman mengikuti istrinya.
Ternyata niat itu tak mudah. Pengajuannya pindah kewarganegaraan tak
gampang dipenuhi. Permohonan itu pun terkatung-katung. Namun tekad
Steiner sudah bulat. Ia memimpikan, sebelum tahun 2008 di mana
pelaksanaan Olimpiade Beijing dilakukan, ia harus sudah mendapat
kewarganegaraan Jerman. Susann tentu saja mendukungnya.
Hanya saja Susann mengalami kecelakaan lalu-lintas tahun 2007 yang
membuatnya koma. Saat di rumah sakit menunggu istrinya dengan penuh
kesedihan, Steiner berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk meloloskan
cita-citanya berlaga di Olimpiade Beijing sebagai hadiah untuk sang
istri. Bahkan ia ingin mempersembahkan emas. Sayangnya tak lama kemudian
Susann justru meninggal.
Awal tahun 2008 permohonannya untuk menjadi warga negera Jerman
diterima. Ia pun bisa berkompetisi di kejuaraan dunia mewakili Jerman.
Bahkan pada 23 Januari ia lolos mewakili negara barunya untuk berlaga di
Olimpiade Beijing. Hingga kemudian, Agustus 2008, sampailah ia ke babak
final angkat berat kelas 105 kg Olimpiade Beijing. Di kelas ini ia
bersaing dengan Evgeny Chigishev (Rusia) serta juara Eropa dan dunia
Viktors Scerbatihs (Latvia).
Pada angkatan snatch, Steiner mampu mengangkat beban 203 kg.
Namun itu hanya menempatkannya di posisi keempat. Ia mencoba menambah
beban sebanyak 7 kg tapi gagal. Lebih buruknya, ia juga hampir gagal
melewati lawan-lawannya saat berkompetisi di clean and jerk. Di
percobaan kedua ia mampu mengangkat 248 kg. Namun itu tak cukup menjadi
juara karena Chigishev mampu mengangkat hingga 250 kg. Total angkatan
Chigishev 460 sedangkan ia 451. Satu-satunya peluang agar ia juara
adalah ia harus menambah beban 10 kg hingga 258 kg. Belum pernah ia
mengangkat beban seberat itu. Tetapi itulah harapan terakhirnya. "Saya
sudah merasa kalah, tetapi mendiang istri saya jadi dorongan terbesar
saya," katanya.
Ia maju. Ia pegang beban itu. Mengusapnya. Lalu, hup, ia mengangkatnya.
Ia jongkok sebentar menahan beban sebelum dengan cepat berdiri. Beban
masih ada di bahunya, tinggal mengangkatnya. Semua penonton terpaku. Ia
berhenti beberapa saat menyiapkan tenaga. Setelah itu ia mengangkat
beban 258 kg dan berhasil menahannya di udara. Penonton bersorak.
Steiner membanting beban itu dan segera melepas emosinya yang dahsyat
sambil menangis. Steiner pun meraih emas.
Saat pengalungan medali, ia mencium foto mendiang istrinya. Ternyata
dengan harapan yang begitu tinggi, dorongan ambisi untuk membuktikan
diri, dan hasrat mempersembahkan yang terbaik atas pengorbanan istrinya
hingga ia meninggal, telah mendorong Steiner melakukan angkatan yang tak
pernah dilakukannya sebelumnya. Ia meraih medali emas dengan total
angkatan 461 kg. Luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar