Ini adalah kisah luar biasa yang dialami seorang Uganda bernama 
Diana dalam upayanya berjuang mencapai impian. Semoga bisa menginspirasi
 kita semua untuk pantang menyerah mewujudkan mimpi kita sendiri meski 
banyak rintangan dan kekecewaan yang kita hadapi dan rasakan.
 
Pada awal tahun 2006, di Uganda, Diana tengah menanti-nanti hasil ujian 
saringan masuk (USM) sekolah kedokterannya. Dia bercita-cita menjadi 
seorang dokter. Bukan saja itu adalah mimpinya sejak kecil, tapi mimpi 
itu juga milik keluarganya dan teman-temannya.
Hasil USM dimuat dalam surat kabar nasional. Jadi, pagi-pagi benar dia 
sudah bangun, merasa gelisah tapi juga penuh harap untuk segera melihat 
surat kabar. Saat surat kabar itu sudah di tangan, dia membukanya 
perlahan-lahan hingga halaman yang memuat hasil USM itu terhampar di 
hadapannya. Dengan jari telunjuk kanannya dia menyusuri daftar 
nama-nama. Akhirnya, yang didapat hanya kekecewaan. Namanya tidak ada di
 sana.
Diana merasa sangat sedih, tapi dia bertekad untuk mencobanya lagi. Dia 
akan menghabiskan empat tahun ke depan mempersiapkan diri untuk 
mendaftar sekali lagi - terus belajar dan menambah pengalaman. Dengan 
semua itu, dia pasti punya peluang yang lebih baik saat mendaftar ulang 
pada tahun 2010. 
Setelah tiga tahun belajar di sebuah pelatihan kedokteran klinis, Diana 
mendapat kesempatan magang di sebuah rumah sakit di Fort Portal, sebuah 
kota terpencil di Uganda bagian barat di dekat Gunung Rwenzori, sekitar 
320 km dari rumahnya di Kampala.
Ternyata kegiatan magang ini menjadi tempat yang tepat untuk mengasah 
keahlian medisnya. Perbandingan antara pasien dengan doktor di rumah 
sakit itu berbeda jauh, dan kadang malah pernah beberapa kali tidak ada 
dokter sama sekali. Ini berarti Diana seringkali melakukan sendiri 
kegiatan mendiagnosis dan merawat para pasien.
Di rumah sakit itu tidak ada dokter ahli onkologi, jadi Diana belajar 
sendiri bagaimana menentukan tindakan kemoterapi pada pasien-pasiennya. 
Luar biasanya meskipun para pasien itu menderita, mereka tetap penuh 
harapan dan mengharapkan yang terbaik bagi mereka. Semua itulah yang 
menginspirasi dan mendorong Diana untuk tidak menyerah dan tetap 
melakukan yang terbaik.
Menjelang berakhirnya masa magang, Diana merasa sudah sangat siap untuk 
kembali mendaftar ke sekolah kedokteran. Keahliannya berkembang pesat 
sehingga dia mampu melakukan praktik sebaik dokter-dokter lainnya.
Pada 2010, Diana pun kembali mendaftar ke sekolah kedokteran yang sama 
seperti upaya pertamanya empat tahun lalu. Kini dia punya kepercayaan 
diri, pengalaman dan kredibilitas dari kerja kerasnya selama empat 
tahun. Inilah saat terbaiknya untuk diterima di sekolah kedokteran.
Sekali lagi, dia bangun sepagi mungkin. Lalu, pergi keluar membeli surat
 kabar nasional. Merasa cemas tapi juga bersemangat untuk mengetahui 
hasil kerja kerasnya. Namun ternyata kali ini pun hasilnya mengecewakan.
 Dia tidak diterima untuk kedua kalinya. Penolakan kali ini seakan 
membuat dirinya hancur. Diana mulai berpikir untuk menyerah saja.
Untunglah ayahnya datang membantu untuk mengatasi rasa kecewanya yang 
sangat besar. Ayahnya berkata, "Kau tidak harus jadi dokter untuk bisa 
sukses di bidang kedokteran. Yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi 
yang terbaik di bidangmu." Ucapan ayahnya inilah yang membuatnya bangkit
 kembali dan memutuskan bahwa meskipun dia tidak pernah menjadi dokter, 
dia akan kembali bekerja dan menjadi yang terbaik.
Sementara itu, kerja keras Diana di rumah sakit menarik perhatian tiga 
dokter dari University of Michigan. Karena terkesan akan antusiasnya, 
wawasannya, dan kemampuannya untuk berinovasi setiap menghadapi masalah,
 mereka pun membujuknya untuk mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di
 University of Michigan.
Luar biasanya, kali ini dia diterima. Segera setelah itu, kisah Diana 
tersebar di antara kenalan-kenalan dan orang-orang di sekelilingnya. 
Tergugah akan proses perjalanan Diana, keluarga dan kerabat jauh, teman,
 dan temannya teman, teman baik dan kenalan (yang sebagian orang 
Amerika) berusaha menggalang dana untuk membiayai uang kuliah dan tiket 
pesawat Diana.
Sungguh luar biasa kisah pengalaman Diana dalam meraih 
mimpi-mimpinya. Biarpun harus menjalani perjalanan selama itu dan 
menemui berbagai kekecewaan, dia tak lantas membuang impiannya. Dia 
tetap memegangnya dan sekaligus tetap melakukan yang terbaik di 
bidangnya. Apa yang dilakukan dan dialami Diana seakan mengingatkan kita
 kembali bahwa: Jika kita siap sedia untuk berjuang  mewujudkan 
mimpi-mimpi kita, mimpi kita pun akan "berjuang menghampiri" kita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar