Laman

Kamis, 07 Juni 2012

Jangan Buang Mimpimu

Ini adalah kisah luar biasa yang dialami seorang Uganda bernama Diana dalam upayanya berjuang mencapai impian. Semoga bisa menginspirasi kita semua untuk pantang menyerah mewujudkan mimpi kita sendiri meski banyak rintangan dan kekecewaan yang kita hadapi dan rasakan.
 
Pada awal tahun 2006, di Uganda, Diana tengah menanti-nanti hasil ujian saringan masuk (USM) sekolah kedokterannya. Dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Bukan saja itu adalah mimpinya sejak kecil, tapi mimpi itu juga milik keluarganya dan teman-temannya.

Hasil USM dimuat dalam surat kabar nasional. Jadi, pagi-pagi benar dia sudah bangun, merasa gelisah tapi juga penuh harap untuk segera melihat surat kabar. Saat surat kabar itu sudah di tangan, dia membukanya perlahan-lahan hingga halaman yang memuat hasil USM itu terhampar di hadapannya. Dengan jari telunjuk kanannya dia menyusuri daftar nama-nama. Akhirnya, yang didapat hanya kekecewaan. Namanya tidak ada di sana.

Diana merasa sangat sedih, tapi dia bertekad untuk mencobanya lagi. Dia akan menghabiskan empat tahun ke depan mempersiapkan diri untuk mendaftar sekali lagi - terus belajar dan menambah pengalaman. Dengan semua itu, dia pasti punya peluang yang lebih baik saat mendaftar ulang pada tahun 2010.
Setelah tiga tahun belajar di sebuah pelatihan kedokteran klinis, Diana mendapat kesempatan magang di sebuah rumah sakit di Fort Portal, sebuah kota terpencil di Uganda bagian barat di dekat Gunung Rwenzori, sekitar 320 km dari rumahnya di Kampala.

Ternyata kegiatan magang ini menjadi tempat yang tepat untuk mengasah keahlian medisnya. Perbandingan antara pasien dengan doktor di rumah sakit itu berbeda jauh, dan kadang malah pernah beberapa kali tidak ada dokter sama sekali. Ini berarti Diana seringkali melakukan sendiri kegiatan mendiagnosis dan merawat para pasien.

Di rumah sakit itu tidak ada dokter ahli onkologi, jadi Diana belajar sendiri bagaimana menentukan tindakan kemoterapi pada pasien-pasiennya. Luar biasanya meskipun para pasien itu menderita, mereka tetap penuh harapan dan mengharapkan yang terbaik bagi mereka. Semua itulah yang menginspirasi dan mendorong Diana untuk tidak menyerah dan tetap melakukan yang terbaik.
Menjelang berakhirnya masa magang, Diana merasa sudah sangat siap untuk kembali mendaftar ke sekolah kedokteran. Keahliannya berkembang pesat sehingga dia mampu melakukan praktik sebaik dokter-dokter lainnya.

Pada 2010, Diana pun kembali mendaftar ke sekolah kedokteran yang sama seperti upaya pertamanya empat tahun lalu. Kini dia punya kepercayaan diri, pengalaman dan kredibilitas dari kerja kerasnya selama empat tahun. Inilah saat terbaiknya untuk diterima di sekolah kedokteran.

Sekali lagi, dia bangun sepagi mungkin. Lalu, pergi keluar membeli surat kabar nasional. Merasa cemas tapi juga bersemangat untuk mengetahui hasil kerja kerasnya. Namun ternyata kali ini pun hasilnya mengecewakan. Dia tidak diterima untuk kedua kalinya. Penolakan kali ini seakan membuat dirinya hancur. Diana mulai berpikir untuk menyerah saja.

Untunglah ayahnya datang membantu untuk mengatasi rasa kecewanya yang sangat besar. Ayahnya berkata, "Kau tidak harus jadi dokter untuk bisa sukses di bidang kedokteran. Yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi yang terbaik di bidangmu." Ucapan ayahnya inilah yang membuatnya bangkit kembali dan memutuskan bahwa meskipun dia tidak pernah menjadi dokter, dia akan kembali bekerja dan menjadi yang terbaik.

Sementara itu, kerja keras Diana di rumah sakit menarik perhatian tiga dokter dari University of Michigan. Karena terkesan akan antusiasnya, wawasannya, dan kemampuannya untuk berinovasi setiap menghadapi masalah, mereka pun membujuknya untuk mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di University of Michigan.

Luar biasanya, kali ini dia diterima. Segera setelah itu, kisah Diana tersebar di antara kenalan-kenalan dan orang-orang di sekelilingnya. Tergugah akan proses perjalanan Diana, keluarga dan kerabat jauh, teman, dan temannya teman, teman baik dan kenalan (yang sebagian orang Amerika) berusaha menggalang dana untuk membiayai uang kuliah dan tiket pesawat Diana.


Sungguh luar biasa kisah pengalaman Diana dalam meraih mimpi-mimpinya. Biarpun harus menjalani perjalanan selama itu dan menemui berbagai kekecewaan, dia tak lantas membuang impiannya. Dia tetap memegangnya dan sekaligus tetap melakukan yang terbaik di bidangnya. Apa yang dilakukan dan dialami Diana seakan mengingatkan kita kembali bahwa: Jika kita siap sedia untuk berjuang mewujudkan mimpi-mimpi kita, mimpi kita pun akan "berjuang menghampiri" kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar