Ada sebuah lukisan yang diselesaikan selama 5 hari 4
malam-sebuah lukisan pemandangan yang sangat cantik. Si seniman ingin
menunjukkan karyanya pada orang banyak, sekaligus ingin tahu bagaimana
pendapat mereka.
Maka, ia meletakkan lukisannya di sebuah jalan yang ramai. Di bawah
lukisan tersebut, dia beri tulisan: 'Lukisan ini adalah karya saya.
Mungkin saya telah membuat beberapa kesalahan dalam goresan, pemilihan
warna, dsb. Tolong beri tanda X pada bagian yang menurut Anda salah.'
Sore harinya, si seniman kembali untuk mengambil lukisan itu, dan dia
amat terkejut melihat seluruh kanvas penuh dengan tanda X berikut
komentar-komentar pedas.
Dengan sangat kecewa, si seniman pergi ke tempat guru melukisnya. Dia
merasa tidak berguna dan gagal menjadi pelukis. Sang guru yang
bijaksana, lantas menunjukkan pada muridnya cara untuk membuktikan bahwa
dia bukan pelukis yang buruk.
Guru lukis ini memintanya untuk membuat kembali lukisan yang telah
dicoret orang-orang itu. Namun kali ini, tulisan di bawah lukisan itu
berbunyi demikian: 'Saudara-saudara, saya telah melukis lukisan ini.
Mungkin ada kesalahan dalam goresan, pemilihan warna, dsb. Maka saya
sediakan kanvas, sekotak kuas, dan cat. Mohon berbaik hati
memperbaikinya. Terima kasih.'
Sore harinya, dia kembali. Hasilnya? Lukisan itu tetap bersih tanpa satu
pun koreksi. Lukisan itu tetap ditinggalkan di sana hingga tiga hari
berikutnya, dan masih tetap bersih dari koreksi.
Pesan yang bisa diambil dari cerita ini:
- Mengkritik memang mudah, namun memperbaiki itu sulit.
- Jangan biarkan diri Anda hancur dan depresi hanya karena kritikan orang lain.
- Analisa kritik dengan teliti. Jika salah, jangan pedulikan. Tapi jika
benar ya harus diterima. Ambil kritik untuk memperbaiki diri.
@ ACCURATE HEALTH CENTER (KONSULTASI PSIKOLOGI & AKUPUNKTUR & REFLEKSIOLOGI)
Rabu, 30 Mei 2012
Mematahkan Prediksi
Karena cuaca dingin dan ingin mendapatkan kehangatan, dua orang anak
Amerika berusia 8 tahun menuangkan bensin di kompor sekolahnya. Ledakan
hebat pun terjadi dan merenggut nyawa salah seorang di antaranya.
Sementara anak yang satunya mengalami luka bakar parah di kaki dan
seorang dokter menyarankan segera diamputasi agar tidak menyebarkan
infeksi. Tetapi orangtuanya berkata, 'Kita tunggu dulu beberapa hari.'
Setelah beberapa hari, dokternya melihat bahwa kaki anak itu mulai sembuh tetapi kaki kirinya lebih pendek 6,4 cm. "Wah.. anak ini tidak akan pernah bisa berjalan." Begitu prediksinya. Tapi beberapa minggu kemudian, ternyata anak itu bisa berjalan dengan bantuan tongkat penyangga dan kembali memulai aktivitasnya.
Orang-orang yang melihatnya menilai, "Kasihan ya, anak ini tidak akan bisa berjalan tanpa tongkat!" Tetapi dalam waktu beberapa minggu, anak itu membuktikan bahwa ia bisa berjalan tanpa tongkat. Lagi-lagi banyak orang berkata, "Bocah ini bisa berjalan tapi tidak akan pernah bisa berlari!" Tetapi si anak mulai belajar berlari.
Tahukah Anda bahwa anak yang dimaksud dalam cerita ini adalah Glenn Cunningham (1909-1988) yang telah mencetak rekor-rekor dunia untuk cabang atletik (lari 1 mil & 800 meter). Pada masa jayanya, ia berhasil menempuh jarak 1 mil dengan waktu terbaik 4:04.4.
Bagaimana bisa seorang anak yang DIPREDIKSI menderita kelumpuhan namun kenyataannya berhasil menjadi seorang JUARA di lintasan lari? Tidak lain, karena ia punya semangat pantang menyerah pada keadaan. Dan itulah yang menjadi kekuatannya.
Apakah Anda merasa gagal karena selalu diprediksi negatif oleh lingkungan? Ingat, hidup kita tidaklah bergantung pada prediksi orang. Hidup kita bergantung pada pola pikir, mentalitas, dan usaha. Dan itu semuanya menjadikan kita lebih dari seorang pemenang dalam kompetisi. Kita akan menjadi 'pemenang kehidupan.'
Setelah beberapa hari, dokternya melihat bahwa kaki anak itu mulai sembuh tetapi kaki kirinya lebih pendek 6,4 cm. "Wah.. anak ini tidak akan pernah bisa berjalan." Begitu prediksinya. Tapi beberapa minggu kemudian, ternyata anak itu bisa berjalan dengan bantuan tongkat penyangga dan kembali memulai aktivitasnya.
Orang-orang yang melihatnya menilai, "Kasihan ya, anak ini tidak akan bisa berjalan tanpa tongkat!" Tetapi dalam waktu beberapa minggu, anak itu membuktikan bahwa ia bisa berjalan tanpa tongkat. Lagi-lagi banyak orang berkata, "Bocah ini bisa berjalan tapi tidak akan pernah bisa berlari!" Tetapi si anak mulai belajar berlari.
Tahukah Anda bahwa anak yang dimaksud dalam cerita ini adalah Glenn Cunningham (1909-1988) yang telah mencetak rekor-rekor dunia untuk cabang atletik (lari 1 mil & 800 meter). Pada masa jayanya, ia berhasil menempuh jarak 1 mil dengan waktu terbaik 4:04.4.
Bagaimana bisa seorang anak yang DIPREDIKSI menderita kelumpuhan namun kenyataannya berhasil menjadi seorang JUARA di lintasan lari? Tidak lain, karena ia punya semangat pantang menyerah pada keadaan. Dan itulah yang menjadi kekuatannya.
Apakah Anda merasa gagal karena selalu diprediksi negatif oleh lingkungan? Ingat, hidup kita tidaklah bergantung pada prediksi orang. Hidup kita bergantung pada pola pikir, mentalitas, dan usaha. Dan itu semuanya menjadikan kita lebih dari seorang pemenang dalam kompetisi. Kita akan menjadi 'pemenang kehidupan.'
Label:
Prediksi
Inspirasi Bisnis dari Seorang Babysitter
Seorang babysitter mungkin tugasnya hanya menjaga anak. Tetapi bagi yang berpikir kreatif, ia bisa menciptakan bisnis yang besar.
Genevieve Thiers adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Dan ia mengaku sudah menjadi babysitter sejak adiknya lahir. Setelah itu ia rutin menjaga adiknya. Tak hanya itu, selagi sekolah ia juga mencari uang dengan menjadi babysitter. Sampai akhirnya lulus kuliah dan bisa bekerja di IBM.
Meski kerja full time di IBM, malamnya ia ngambil pendidikan untuk meraih gelar master. Suatu kali ia melihat seorang ibu muda yang tengah hamil sembilan bulan berjalan tertatih-tatih menyebarkan flyer (brosur) di kampusnya untuk mencari mahasiswi yang biasa menjadi babysitter. "Itu pemandangan yang mengerikan," katanya. Thiers lalu meminta si perempuan muda tersebut pulang dan ia memberi bantuan gratis menyebarkan flyer tersebut. "Seharusnya ada orang yang membuat satu tempat pertemuan antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter mencari keluarga yang membutuhkan jasanya di setiap kota (city)," katanya dalam hati. Hal itulah yang kemudian memunculkan gagasan membuat website khusus untuk babysitter dengan nama Sittercity.com.
September 2001 website itu ia buat dengan modal $19.500. Ia kemudian mendaftarkan 30 keluarga di mana dulu ia pernah jadi babysitter-nya sebagai anggota pertama. Ia juga membuat 20.000 flyer yang ia sebarkan di kampus-kampus. "Ini pengalaman saya saja karena banyak ibu-ibu yang membutuhkan babysitter dari kalangan mahasiswa," katanya mengenai lokasi penyebaran flyer-nya itu.
Tak berapa lama kemudian sudah terdaftar 600 babysitter dari kalangan kampus di Boston. Enam bulan kemudian jumlah antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter yang mencari keluarga yang punya anak makin banyak. Sittercity.com pun makin populer.
Pertumbuhan bisnisnya berkembang begitu luar biasa. Tahun 2007 Sittercity.com mengalami pertumbuhan hampir 1000% dibanding tahun 2004. Pendapatannya mencapai US$2,6 juta.
Genevieve Thiers adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Dan ia mengaku sudah menjadi babysitter sejak adiknya lahir. Setelah itu ia rutin menjaga adiknya. Tak hanya itu, selagi sekolah ia juga mencari uang dengan menjadi babysitter. Sampai akhirnya lulus kuliah dan bisa bekerja di IBM.
Meski kerja full time di IBM, malamnya ia ngambil pendidikan untuk meraih gelar master. Suatu kali ia melihat seorang ibu muda yang tengah hamil sembilan bulan berjalan tertatih-tatih menyebarkan flyer (brosur) di kampusnya untuk mencari mahasiswi yang biasa menjadi babysitter. "Itu pemandangan yang mengerikan," katanya. Thiers lalu meminta si perempuan muda tersebut pulang dan ia memberi bantuan gratis menyebarkan flyer tersebut. "Seharusnya ada orang yang membuat satu tempat pertemuan antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter mencari keluarga yang membutuhkan jasanya di setiap kota (city)," katanya dalam hati. Hal itulah yang kemudian memunculkan gagasan membuat website khusus untuk babysitter dengan nama Sittercity.com.
September 2001 website itu ia buat dengan modal $19.500. Ia kemudian mendaftarkan 30 keluarga di mana dulu ia pernah jadi babysitter-nya sebagai anggota pertama. Ia juga membuat 20.000 flyer yang ia sebarkan di kampus-kampus. "Ini pengalaman saya saja karena banyak ibu-ibu yang membutuhkan babysitter dari kalangan mahasiswa," katanya mengenai lokasi penyebaran flyer-nya itu.
Tak berapa lama kemudian sudah terdaftar 600 babysitter dari kalangan kampus di Boston. Enam bulan kemudian jumlah antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter yang mencari keluarga yang punya anak makin banyak. Sittercity.com pun makin populer.
Pertumbuhan bisnisnya berkembang begitu luar biasa. Tahun 2007 Sittercity.com mengalami pertumbuhan hampir 1000% dibanding tahun 2004. Pendapatannya mencapai US$2,6 juta.
Label:
Babysitter,
Bisnis,
Inspirasi
Kunci Suksesnya, Melayani Konsumen
Orangtuanya sebenarnya menginginkan anaknya sukses menempuh
pendidikan hingga meraih gelar doktor. Namun Tony Hsieh malah
"terjerumus" ke dunia internet.
Tony Hsieh, kelahiran 12 Desember 1973, adalah lulusan Harvard University bidang Computer Science tahun 1995. Ia bukannya melanjutkan studi seperti harapan orangtuanya, tetapi memilih bekerja di Oracle, perusahaan software terbesar di dunia. Sayangnya, lima bulan setelah bekerja ia memutuskan keluar karena merasa tak cocok dengan suasana kerjanya.
Alih-alih mencari pekerjaan baru, Hsieh malah membuat website bertukar iklan banner bernama LinkExhange yang ia luncurkan pada Maret 1996. Ternyata sambutannya luar biasa. Dalam waktu tiga bulan jumlah partisipan sudah mencakup 20.000 peserta. Tahun 1998 website itu sudah memiliki 400.000 member dengan jumlah iklan banner sebanyak 5 juta.
Microsoft melihat perkembangan website itu dan kemudian merayu Hsieh untuk menjual LinkExchange kapadanya. LinkExchange pun dijual ke Microsoft senilai US$265 juta pada November 1998. Nilai akuisisi ini menggegerkan dunia dan nama Hsieh pun langsung melambung sebagai salah satu entrepreneur dot com yang sukses. Padahal saat itu usianya masih muda, 24 tahun.
Uang hasil penjualan website itu ia gunakan untuk mendirikan perusahaan modal ventura yang diberi nama Venture Frogs. Melalui perusahaan ini Hsieh menawarkan investasi pada pengusaha muda pemula (start-up) untuk mengembangkan usahanya. Sejumlah ide pun masuk ke meja kerjanya, termasuk salah satunya datang dari pemuda belia bernama Nick Swinmurn.
Proposal Swinmurn sebenarnya hampir diabaikannya. Saat itu pemuda kelahiran Inggris ini mengajukan proposal membuat toko online khusus sepatu dengan nama ShoeSite.com. Ide itu tak menarik hati Hsieh. "Mana mungkin orang mau membeli sepatu tanpa melihat wujud nyatanya," pikir Hsieh saat itu.
Namun ketika ia mendengar pasar ritel sepatu di Amerika Serikat mencapai US$40 miliar, ia pun terkaget. Akhirnya ia mau berinvestasi di bisnis Swinmurn namun nama ShoeSite.com diubah menjadi Zappos.com. Zappos diluncurkan pada tahun 1999 sebagai website khusus penjual sepatu. Saat itu Hsieh hanya bertindak sebagai investor, tak mau ikut dalam manajemen. Namun karena terbayang-bayang pasar yang besar, dua bulan kemudian ia memutuskan untuk ikut mengelola dan posisinya menjadi CEO. Setelah ditanganinya, Zappos menunjukkan perkembangan luar biasa. Setahun sejak pendiriannya pendapatannya mencapai US$1,6 juta.
Dengan kerja keras dan prinsip mengutamakan pelayanan pada konsumen bisnis Zappos terus meningkat. Pada tahun 2009 pendapatannya sudah mencapai US$1 miliar. Saat itulah, raksasa penjualan ritel online Amazon tertarik untuk membeli Zappos. Melalui negosiasi sengit, akhirnya Hsieh dan Swinmurn melepas Zappos ke Amazon dengan nilai akuisisi sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp10,8 triliun. Meski begitu Hsieh masih dipertahankan sebagai CEO Zappos.
"Kami bertanya pada diri kami sendiri mau diapakan perusahaan ini (Zappos). Kami tak mau sekadar menjual sepatu. Kami ingin melayani pelanggan," tuturnya. Itulah kunci sukses Zappos: melayani konsumen/pelanggan. Ini mungkin kredo lama, namun terbukti tak banyak yang berhasil karena melayani konsumen/pelanggan ternyata bukan perkara gampang. Perlu komitmen, integritas, dan kerja keras.
Tony Hsieh, kelahiran 12 Desember 1973, adalah lulusan Harvard University bidang Computer Science tahun 1995. Ia bukannya melanjutkan studi seperti harapan orangtuanya, tetapi memilih bekerja di Oracle, perusahaan software terbesar di dunia. Sayangnya, lima bulan setelah bekerja ia memutuskan keluar karena merasa tak cocok dengan suasana kerjanya.
Alih-alih mencari pekerjaan baru, Hsieh malah membuat website bertukar iklan banner bernama LinkExhange yang ia luncurkan pada Maret 1996. Ternyata sambutannya luar biasa. Dalam waktu tiga bulan jumlah partisipan sudah mencakup 20.000 peserta. Tahun 1998 website itu sudah memiliki 400.000 member dengan jumlah iklan banner sebanyak 5 juta.
Microsoft melihat perkembangan website itu dan kemudian merayu Hsieh untuk menjual LinkExchange kapadanya. LinkExchange pun dijual ke Microsoft senilai US$265 juta pada November 1998. Nilai akuisisi ini menggegerkan dunia dan nama Hsieh pun langsung melambung sebagai salah satu entrepreneur dot com yang sukses. Padahal saat itu usianya masih muda, 24 tahun.
Uang hasil penjualan website itu ia gunakan untuk mendirikan perusahaan modal ventura yang diberi nama Venture Frogs. Melalui perusahaan ini Hsieh menawarkan investasi pada pengusaha muda pemula (start-up) untuk mengembangkan usahanya. Sejumlah ide pun masuk ke meja kerjanya, termasuk salah satunya datang dari pemuda belia bernama Nick Swinmurn.
Proposal Swinmurn sebenarnya hampir diabaikannya. Saat itu pemuda kelahiran Inggris ini mengajukan proposal membuat toko online khusus sepatu dengan nama ShoeSite.com. Ide itu tak menarik hati Hsieh. "Mana mungkin orang mau membeli sepatu tanpa melihat wujud nyatanya," pikir Hsieh saat itu.
Namun ketika ia mendengar pasar ritel sepatu di Amerika Serikat mencapai US$40 miliar, ia pun terkaget. Akhirnya ia mau berinvestasi di bisnis Swinmurn namun nama ShoeSite.com diubah menjadi Zappos.com. Zappos diluncurkan pada tahun 1999 sebagai website khusus penjual sepatu. Saat itu Hsieh hanya bertindak sebagai investor, tak mau ikut dalam manajemen. Namun karena terbayang-bayang pasar yang besar, dua bulan kemudian ia memutuskan untuk ikut mengelola dan posisinya menjadi CEO. Setelah ditanganinya, Zappos menunjukkan perkembangan luar biasa. Setahun sejak pendiriannya pendapatannya mencapai US$1,6 juta.
Dengan kerja keras dan prinsip mengutamakan pelayanan pada konsumen bisnis Zappos terus meningkat. Pada tahun 2009 pendapatannya sudah mencapai US$1 miliar. Saat itulah, raksasa penjualan ritel online Amazon tertarik untuk membeli Zappos. Melalui negosiasi sengit, akhirnya Hsieh dan Swinmurn melepas Zappos ke Amazon dengan nilai akuisisi sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp10,8 triliun. Meski begitu Hsieh masih dipertahankan sebagai CEO Zappos.
"Kami bertanya pada diri kami sendiri mau diapakan perusahaan ini (Zappos). Kami tak mau sekadar menjual sepatu. Kami ingin melayani pelanggan," tuturnya. Itulah kunci sukses Zappos: melayani konsumen/pelanggan. Ini mungkin kredo lama, namun terbukti tak banyak yang berhasil karena melayani konsumen/pelanggan ternyata bukan perkara gampang. Perlu komitmen, integritas, dan kerja keras.
Label:
Kunci Sukses,
Pelayanan
Sopir Angkot yang Berjiwa Besar
Kisah inspiratif ini merupakan pengalaman seorang bernama
Suvendu Roy ketika bertemu seorang sopir angkot semacam bajaj, di India.
Suatu hari saya dan istri memutuskan pergi ke suatu tempat dengan naik bajaj. Saat menghentikan satu bajaj yang lewat di pinggir jalan, saya tak menyangka angkutan ini akan berbeda.
Saat kami sudah di dalam bajaj, mata saya tertuju pada setumpuk majalah (yang terbungkus di dalam plastik) di belakang kursi pengemudi. Ketika memandang ke depan, terlihat ada sebuah televisi kecil. Kami pun saling berpandangan keheranan dan sekaligus takjub. Di depan saya ada kotak P3K yang berisikan kapas, detol, dan beberapa obat lainnya.
Semua itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa saya sedang berada di dalam angkutan umum yang spesial.
Lalu, saya memutar pandangan sekali lagi, dan ternyata masih ada barang-barang lain yang sepertinya jarang ada di dalam angkutan umum-radio, alat pemadam api, jam dinding, kalender, dan gambar serta simbol banyak kepercayaan (dari Islam, Kristen, sampai Buddha, Hindu, dan Sikh).
Saat saya mengajak si pengemudinya mengobrol sebentar, saya baru sadar kalau tidak hanya bajajnya yang spesial, pengemudinya pun sama-sama spesial. Ternyata dia sudah menjadi sopir bajaj selama 8-9 tahun. Dulu dia pernah bekerja di perusahaan plastik, tapi karena bangkrut terpaksa dia mencari pekerjaan lain dan sejak itu dia pun menggeluti pekerjaannya sekarang.
Dia punya dua anak yang masih bersekolah, dan jam kerjanya dimulai dari jam 8 pagi sampai malam sekitar jam 10. Jadwal kerjanya itu tak pernah dilanggarnya kecuali badannya tidak fit.
Saya bertanya apakah dia melakukan pekerjaan lain. Jawabnya, dia pergi ke rumah panti wreda khusus untuk wanita di Anheri seminggu sekali atau kapan pun dia punya uang lebih. Dia akan menyumbang sikat gigi, odol, sabun, shampoo, dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya.
Lalu, dia menunjuk ke tulisan yang tertera di bagian belakang kursinya, "Diskon 25% untuk orang cacat." Sedangkan potongan untuk penumpang yang buta lebih besar lagi. Saya dan istri saya benar-benar takjub.
Ciri orang berjiwa besar adalah berusaha membantu orang lain meski
dirinya kekurangan. Mungkin itulah kira-kira yang bisa menjadi gambaran
si sopir yang dijumpai Suvendu Roy. Semangat bekerjanya luar biasa,
begitupun semangatnya menjalani kehidupannya demi manfaat diri sendiri
maupun orang lain. Sopir ini layak disebut seorang "pahlawan"! Luar
Biasa!
Suatu hari saya dan istri memutuskan pergi ke suatu tempat dengan naik bajaj. Saat menghentikan satu bajaj yang lewat di pinggir jalan, saya tak menyangka angkutan ini akan berbeda.
Saat kami sudah di dalam bajaj, mata saya tertuju pada setumpuk majalah (yang terbungkus di dalam plastik) di belakang kursi pengemudi. Ketika memandang ke depan, terlihat ada sebuah televisi kecil. Kami pun saling berpandangan keheranan dan sekaligus takjub. Di depan saya ada kotak P3K yang berisikan kapas, detol, dan beberapa obat lainnya.
Semua itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa saya sedang berada di dalam angkutan umum yang spesial.
Lalu, saya memutar pandangan sekali lagi, dan ternyata masih ada barang-barang lain yang sepertinya jarang ada di dalam angkutan umum-radio, alat pemadam api, jam dinding, kalender, dan gambar serta simbol banyak kepercayaan (dari Islam, Kristen, sampai Buddha, Hindu, dan Sikh).
Saat saya mengajak si pengemudinya mengobrol sebentar, saya baru sadar kalau tidak hanya bajajnya yang spesial, pengemudinya pun sama-sama spesial. Ternyata dia sudah menjadi sopir bajaj selama 8-9 tahun. Dulu dia pernah bekerja di perusahaan plastik, tapi karena bangkrut terpaksa dia mencari pekerjaan lain dan sejak itu dia pun menggeluti pekerjaannya sekarang.
Dia punya dua anak yang masih bersekolah, dan jam kerjanya dimulai dari jam 8 pagi sampai malam sekitar jam 10. Jadwal kerjanya itu tak pernah dilanggarnya kecuali badannya tidak fit.
Saya bertanya apakah dia melakukan pekerjaan lain. Jawabnya, dia pergi ke rumah panti wreda khusus untuk wanita di Anheri seminggu sekali atau kapan pun dia punya uang lebih. Dia akan menyumbang sikat gigi, odol, sabun, shampoo, dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya.
Lalu, dia menunjuk ke tulisan yang tertera di bagian belakang kursinya, "Diskon 25% untuk orang cacat." Sedangkan potongan untuk penumpang yang buta lebih besar lagi. Saya dan istri saya benar-benar takjub.
Label:
Dermawan,
Supit Angkot
Anjing ini Mengikuti Penolongnya Ribuan Kilometer
Seekor anjing yang ditolong terus mengikuti penolongnya hingga
ribuan kilometer. Mungkin anjing tersebut merasa harus berterima kasih
pada penolongnya dan siap mengabdikan diri kepadanya.
Ceritanya, sekelompok anak muda yang baru lulus merayakan kelulusannya dengan bersepeda melintasi rute sepanjang ribuan km dari Kangding, Sichuan, ke Lhasa, Tibet. Salah satu pesertanya Zhang Heng, 22 tahun, dari Wuhan.
Baru beberapa kilometer perjalanan Zhang melihat seekor anjing yang terlantar. "Ia terlentang, kelelahan, di jalanan sekitar Yajiang, Sichuan," kata Zhang. "Saya kemudian kasih makan dan setelah itu anjing tersebut mengikuti," lanjutnya.
Tadinya Zhang mengira anjing yang kemudian diberi nama Xiao Sa itu hanya akan mengikutinya sampai batas kota. Namun ternyata hingga malam hari pun ia tetap mengikuti ke mana Zhang mengayuh sepedanya. Anjing itu terus mengikutinya hingga seminggu kemudian. "Saya merasakan ada sesuatu yang spesial dengan anjing itu, terutama ketika saya melihat ia tak pernah tersesat, tak pernah lelah sepanjang waktu," kata Zhang. Kondisi itu membuat Zhang dan timnya makin semangat.
Selain itu Xiao Sa juga sepertinya tahu jalan. Kadang ia berada di belakang rombongan, kadang malah berlari mendahului. Akhirnya anjing itu menjadi bagian dari rombongan para pemuda bersepeda itu. Karena dalam perjalan mereka juga membawa alat komunikasi, cerita tentang anjing yang mengikuti mereka lalu dibuatkan akunnya di microbloging di China. Tak lama kemudian tercatat ribuan follower-nya.
Ketika sampai di Lhasa, rombongan dan anjing itu telah menempuh 1.700 km selama 24 hari. Dan Xiao Sa berhasil mengikutinya dengan berlari. Namun, kata Zang, ketika jalan menurun dan sepeda mungkin akan bergerak hingga 70 km/jam, ia menaruh anjing itu di belakang sepedanya. "Jika dibiarkan lari, anjing itu mungkin tak akan bisa mengejar," katanya.
Begitulah cara anjing kecil ini berterima kasih. Kini namanya jadi pembicaraan tak hanya di China tetapi juga di penjuru dunia lain.
Ceritanya, sekelompok anak muda yang baru lulus merayakan kelulusannya dengan bersepeda melintasi rute sepanjang ribuan km dari Kangding, Sichuan, ke Lhasa, Tibet. Salah satu pesertanya Zhang Heng, 22 tahun, dari Wuhan.
Baru beberapa kilometer perjalanan Zhang melihat seekor anjing yang terlantar. "Ia terlentang, kelelahan, di jalanan sekitar Yajiang, Sichuan," kata Zhang. "Saya kemudian kasih makan dan setelah itu anjing tersebut mengikuti," lanjutnya.
Tadinya Zhang mengira anjing yang kemudian diberi nama Xiao Sa itu hanya akan mengikutinya sampai batas kota. Namun ternyata hingga malam hari pun ia tetap mengikuti ke mana Zhang mengayuh sepedanya. Anjing itu terus mengikutinya hingga seminggu kemudian. "Saya merasakan ada sesuatu yang spesial dengan anjing itu, terutama ketika saya melihat ia tak pernah tersesat, tak pernah lelah sepanjang waktu," kata Zhang. Kondisi itu membuat Zhang dan timnya makin semangat.
Selain itu Xiao Sa juga sepertinya tahu jalan. Kadang ia berada di belakang rombongan, kadang malah berlari mendahului. Akhirnya anjing itu menjadi bagian dari rombongan para pemuda bersepeda itu. Karena dalam perjalan mereka juga membawa alat komunikasi, cerita tentang anjing yang mengikuti mereka lalu dibuatkan akunnya di microbloging di China. Tak lama kemudian tercatat ribuan follower-nya.
Ketika sampai di Lhasa, rombongan dan anjing itu telah menempuh 1.700 km selama 24 hari. Dan Xiao Sa berhasil mengikutinya dengan berlari. Namun, kata Zang, ketika jalan menurun dan sepeda mungkin akan bergerak hingga 70 km/jam, ia menaruh anjing itu di belakang sepedanya. "Jika dibiarkan lari, anjing itu mungkin tak akan bisa mengejar," katanya.
Begitulah cara anjing kecil ini berterima kasih. Kini namanya jadi pembicaraan tak hanya di China tetapi juga di penjuru dunia lain.
Label:
Anjing,
Balas Budi,
Terima Kasih
Senin, 21 Mei 2012
Lemon & Minuman Lemon
Orang-orang yang secara konsisten menunjukkan kegembiraan dalam
menjalani hidup adalah mereka yang tidak akan terpengaruh besar oleh
situasi dan kondisi yang menimpa hidup mereka. Sebagaimana yang
dinyatakan penulis Zig Ziglar, "Jika hidup memberimu sebuah lemon, ambil
saja lemon itu dan buatlah minuman lemon."
Ungkapan sederhana tapi mendalam itulah yang kira-kira dipraktikkan Charles Goodyear dan terbukti ampuh serta membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan orang lain. "Lemon" dalam kehidupan Charles Goodyear adalah hukuman penjara, sebagai hasil dari upayanya melawan hukum di kala itu. Tapi selama berada di penjara, Goodyear tidak berkeluh-kesah. Sebaliknya, ia malah mampu menjadi seorang asisten di dapur penjara. Sementara mendekam di penjara, ia tetap mengolah sebuah ide hingga akhirnya ia berhasil menemukan metode vulkanisasi karet. Dengan demikian, "lemon"-nya Mr Goodyear, yaitu sebuah hukuman penjara, menjadi "minuman lemon" yang lezat bagi kita semua.
Berkat kemampuan Goodyear mengolah lemonnya menjadi sebuah minuman lemon yang lezat, kita sekarang mempunyai ban-ban yang lebih baik buatan Goodyear. Dan itu berarti kita bisa menikmati perjalanan yang lebih baik dan tentu cara hidup yang juga lebih baik. Hal ini menunjukkan betapa kemampuan mengubah lemon menjadi minuman lemon ini punya kekuatan luar biasa bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
Karena itu, mari kita sama-sama belajar untuk mampu menerima "lemon" kita dan mengubahnya menjadi "minuman lemon" agar hidup kita bisa bermanfaat (setidaknya bagi diri kita terlebih dulu dan setelah itu bagi orang lain).
Ungkapan sederhana tapi mendalam itulah yang kira-kira dipraktikkan Charles Goodyear dan terbukti ampuh serta membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan orang lain. "Lemon" dalam kehidupan Charles Goodyear adalah hukuman penjara, sebagai hasil dari upayanya melawan hukum di kala itu. Tapi selama berada di penjara, Goodyear tidak berkeluh-kesah. Sebaliknya, ia malah mampu menjadi seorang asisten di dapur penjara. Sementara mendekam di penjara, ia tetap mengolah sebuah ide hingga akhirnya ia berhasil menemukan metode vulkanisasi karet. Dengan demikian, "lemon"-nya Mr Goodyear, yaitu sebuah hukuman penjara, menjadi "minuman lemon" yang lezat bagi kita semua.
Berkat kemampuan Goodyear mengolah lemonnya menjadi sebuah minuman lemon yang lezat, kita sekarang mempunyai ban-ban yang lebih baik buatan Goodyear. Dan itu berarti kita bisa menikmati perjalanan yang lebih baik dan tentu cara hidup yang juga lebih baik. Hal ini menunjukkan betapa kemampuan mengubah lemon menjadi minuman lemon ini punya kekuatan luar biasa bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
Karena itu, mari kita sama-sama belajar untuk mampu menerima "lemon" kita dan mengubahnya menjadi "minuman lemon" agar hidup kita bisa bermanfaat (setidaknya bagi diri kita terlebih dulu dan setelah itu bagi orang lain).
Label:
Lemon
The Joy of Giving
What is the ultimate purpose of life? It's to give. Start giving. See the joy of giving. - Narayanan Krishnan
Lahir di Madurai, Tamil Nadu pada tahun 1981. Narayanan Krishnan bekerja sebagai seorang koki dan memenangkan penghargaan kemudian terpilih untuk bekerja di sebuah hotel yang elit di Swiss. Dan sebelum ia berangkat ke Eropa, ia berkunjung ke keluarganya. Pada waktu itulah ia melihat seorang lansia yang kelaparan dan memakan limbah dari kemanusiaannya. Lalu, ia bergegas ke hotel terdekat dan bertanya apa yang mereka punya saat itu, kemudian ia memberikan makanan itu kepada lansia tersebut. Ia berkata, "Percayalah, saya belum pernah melihat orang makan dengan begitu cepat, dan saat ia memakan makanan itu, matanya berkaca-kaca. Itu adalah airmata kebahagiaan."
Pada tahun 2002, Krishnan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan ingin melayani tunawisma di Madurai, Tamil Nadu. Pada tahun 2003, ia berhasil mendirikan organisasi non-profitnya yang bernama Akshaya Trust yang membantu untuk memberi makan kepada para tuna wisma dan cacat mental di Madurai. Ia menyediakan sarapan, makan siang dan makan malam untuk 400 fakir miskin dan lansia. Ia juga membantu mereka menggunting rambut, mencukur dan memandikan dengan tujuan untuk memberikan martabat lebih untuk orang-orang yang dilayaninya.
Ia tidak hanya memasak sendiri, ia juga menghantar dan tidak segan untuk memeluk dan menyuapi mereka yang sangat haus dan lapar akan kasih sayang. Krishnan terpilih menjadi TOP 10 di CNN Heroes 2010.
Ia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pahlawan. Ia sekarang menjadi pahlawan pun bukan seperti pahlawan yang ada di film-film seperti Superman, atau Spiderman. Ia benar-benar pahlawan yang nyata di dunia. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi seorang pahlawan bagi banyak orang. Karena pada awalnya ia berpikir, ia bisa memberikan makan kepada banyak tamu di hotel, masakan ia membiarkan orang-orangnya hidup dalam kelaparan di luar sana ? Ia ingin terus turun ke jalan-jalan dan memberikan makanan kepada mereka yang terlupakan, yang terabaikan, terlebih ia ingin memberikan kasih kepada mereka.
Memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi pekerja sosial seperti yang dilakukan oleh Krishnan bukan sesuatu yang mudah. Bahkan sulit sekali untuk di lakukan. Tetapi, Krishnan mengajak kita semua untuk mulai memberi dan rasakan kebahagiaan dengan memberi. Mulailah dari hal yang kecil. Dan mulailah dari lingkungan kita sendiri. Bukan hanya sekadar memberi makanan atau nominal uang, tetapi kasih dan perlakuan yang tulus yang Anda berikan, itu adalah yang terpenting dalam memberi. See and feel the joy of giving.
Krishnan berkata, "Food is one part. Love is another part. So, the food will give them physical nutrition. The love and affection which you show will give them mental nutrition."
Lahir di Madurai, Tamil Nadu pada tahun 1981. Narayanan Krishnan bekerja sebagai seorang koki dan memenangkan penghargaan kemudian terpilih untuk bekerja di sebuah hotel yang elit di Swiss. Dan sebelum ia berangkat ke Eropa, ia berkunjung ke keluarganya. Pada waktu itulah ia melihat seorang lansia yang kelaparan dan memakan limbah dari kemanusiaannya. Lalu, ia bergegas ke hotel terdekat dan bertanya apa yang mereka punya saat itu, kemudian ia memberikan makanan itu kepada lansia tersebut. Ia berkata, "Percayalah, saya belum pernah melihat orang makan dengan begitu cepat, dan saat ia memakan makanan itu, matanya berkaca-kaca. Itu adalah airmata kebahagiaan."
Pada tahun 2002, Krishnan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan ingin melayani tunawisma di Madurai, Tamil Nadu. Pada tahun 2003, ia berhasil mendirikan organisasi non-profitnya yang bernama Akshaya Trust yang membantu untuk memberi makan kepada para tuna wisma dan cacat mental di Madurai. Ia menyediakan sarapan, makan siang dan makan malam untuk 400 fakir miskin dan lansia. Ia juga membantu mereka menggunting rambut, mencukur dan memandikan dengan tujuan untuk memberikan martabat lebih untuk orang-orang yang dilayaninya.
Ia tidak hanya memasak sendiri, ia juga menghantar dan tidak segan untuk memeluk dan menyuapi mereka yang sangat haus dan lapar akan kasih sayang. Krishnan terpilih menjadi TOP 10 di CNN Heroes 2010.
Ia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pahlawan. Ia sekarang menjadi pahlawan pun bukan seperti pahlawan yang ada di film-film seperti Superman, atau Spiderman. Ia benar-benar pahlawan yang nyata di dunia. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi seorang pahlawan bagi banyak orang. Karena pada awalnya ia berpikir, ia bisa memberikan makan kepada banyak tamu di hotel, masakan ia membiarkan orang-orangnya hidup dalam kelaparan di luar sana ? Ia ingin terus turun ke jalan-jalan dan memberikan makanan kepada mereka yang terlupakan, yang terabaikan, terlebih ia ingin memberikan kasih kepada mereka.
Memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi pekerja sosial seperti yang dilakukan oleh Krishnan bukan sesuatu yang mudah. Bahkan sulit sekali untuk di lakukan. Tetapi, Krishnan mengajak kita semua untuk mulai memberi dan rasakan kebahagiaan dengan memberi. Mulailah dari hal yang kecil. Dan mulailah dari lingkungan kita sendiri. Bukan hanya sekadar memberi makanan atau nominal uang, tetapi kasih dan perlakuan yang tulus yang Anda berikan, itu adalah yang terpenting dalam memberi. See and feel the joy of giving.
Krishnan berkata, "Food is one part. Love is another part. So, the food will give them physical nutrition. The love and affection which you show will give them mental nutrition."
Potensi Terpendam
Kisah ini sungguh bagus untuk dibagikan ke lebih banyak
orang. Makna yang terkandung di dalamnya mungkin bisa membantu kita
untuk menemukan potensi tersembunyi sebagaimana yang dialami sang pianis
dalam kisah berikut ini:
Alkisah ada seorang pianis di sebuah bar. Permainan pianonya sangat bagus. Para pengunjung bar itu rata-rata datang ke sana hanya untuk mendengarkan pemain ini memainkan jari-jemarinya di atas tuts-tuts piano. Tapi suatu malam, seorang pelanggan meminta sang pianis menyanyi.
Sang pianis menjawab, "Saya tidak menyanyi, Pak."
Tapi, pelanggan itu bersikeras. Ia pun berkata pada bartender di sana, "Saya bosan mendengarkan dentingan piano. Saya ingin dia menyanyi!"
Si bartender berteriak ke arah panggung, "Hei Bung! Kalau mau dibayar, nyanyikan satu lagu. Pelanggan minta kau nyanyi!"
Karena merasa sudah terdesak, sang pianis pun memenuhi permintaan si pelanggan. Seorang pianis yang selama ini tidak pernah menyanyi di depan umum menyenandungkan lagu untuk pertama kalinya. Dan ternyata hasilnya sungguh di luar dugaan! Tidak ada orang yang pernah mendengar lagu "Mona Lisa" dinyanyikan seperti malam itu oleh Nat King Cole!
Sang pianis ternyata punya bakat terpendam. Ia bisa saja menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang pianis tanpa nama di sebuah bar yang juga tidak terkenal. Tapi karena ia diharuskan menyanyi, ia akhirnya bisa menjadi salah satu entertainer terkenal di Amerika.
Mungkin di antara kita ada yang masih meragukan kemampuan yang
dimilikinya. Mereka merasa dirinya tak memiliki suatu keterampilan atau
kebisaan yang istimewa, lalu perasaan ini berkembang menjadi minder.
Sebelum menjadi berlarut-larut, sadari bahwa sesungguhnya kita mempunyai keterampilan dan kemampuan. Tapi yang sering kali terjadi adalah kita tidak menyadari hal itu, seperti halnya sang pianis dalam kisah di atas.
Karena itu, pertanyaan yang tepat untuk diajukan pada diri sendiri bukannya: "Kemampuan apa yang aku miliki yang bermanfaat?" melainkan "Bagaimana aku akan menggunakan kemampuan apa pun yang aku miliki?" Dengan kesadaran dan kesungguhan untuk menekuni apa pun bakat kita itu, hasilnya hampir dipastikan akan maksimal.
Alkisah ada seorang pianis di sebuah bar. Permainan pianonya sangat bagus. Para pengunjung bar itu rata-rata datang ke sana hanya untuk mendengarkan pemain ini memainkan jari-jemarinya di atas tuts-tuts piano. Tapi suatu malam, seorang pelanggan meminta sang pianis menyanyi.
Sang pianis menjawab, "Saya tidak menyanyi, Pak."
Tapi, pelanggan itu bersikeras. Ia pun berkata pada bartender di sana, "Saya bosan mendengarkan dentingan piano. Saya ingin dia menyanyi!"
Si bartender berteriak ke arah panggung, "Hei Bung! Kalau mau dibayar, nyanyikan satu lagu. Pelanggan minta kau nyanyi!"
Karena merasa sudah terdesak, sang pianis pun memenuhi permintaan si pelanggan. Seorang pianis yang selama ini tidak pernah menyanyi di depan umum menyenandungkan lagu untuk pertama kalinya. Dan ternyata hasilnya sungguh di luar dugaan! Tidak ada orang yang pernah mendengar lagu "Mona Lisa" dinyanyikan seperti malam itu oleh Nat King Cole!
Sang pianis ternyata punya bakat terpendam. Ia bisa saja menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang pianis tanpa nama di sebuah bar yang juga tidak terkenal. Tapi karena ia diharuskan menyanyi, ia akhirnya bisa menjadi salah satu entertainer terkenal di Amerika.
Karena itu, pertanyaan yang tepat untuk diajukan pada diri sendiri bukannya: "Kemampuan apa yang aku miliki yang bermanfaat?" melainkan "Bagaimana aku akan menggunakan kemampuan apa pun yang aku miliki?" Dengan kesadaran dan kesungguhan untuk menekuni apa pun bakat kita itu, hasilnya hampir dipastikan akan maksimal.
Label:
Potensi
Jangan Takut, Jangan Pernah Menyesal
Alkisah, di sebuah dusun yang terpencil, tinggallah seorang pemuda yang
ingin pergi mengembara ke negeri orang untuk mengubah nasib. Menjelang
keberangkatan, muncul di hatinya perasaan takut, cemas, dan ragu. Untuk
memantapkan tekadnya, pergilah si pemuda ini menghadap sesepuh marga
atau panitua di dusun untuk meminta petunjuk, memohon restu, sekaligus
berpamitan.
Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata: "Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu." Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kata, yaitu "Bu Yao Pa (jangan takut)!"
Waktu terus berjalan.. tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai macam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak "Jangan takut!", segala peluang dan tantangan dihadapinya dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya, ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.
Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya tiga kata bijak. "Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?" gumannya.
Maka ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisa tiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai di desa, sang sesepuh ternyata telah meninggal dunia. Tetapi ada "surat wasiat" yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan tiga kata: "Bu Hou Hui (jangan pernah menyesal)!"
Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.
Sungguh berbobot enam kata bijak tadi. Jangan takut, dan jangan pernah menyesal. Tidak terkecuali, Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan enam kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, mau mengubah harapan menjadi nyata, pasti, kita membutuhkan tiga kata bijak pertama: "jangan takut". Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!
Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan. Pada titik seperti ini, tiga kata bijak berikutnya: "jangan pernah menyesal", bisa menjadi kunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanya membebani dan menghambat langkah kita ke depan.
Mampu menerima hasil perjuangan apa adanya adalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa!!! Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri...
Jangan takut ! Jangan pernah menyesal!
Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata: "Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu." Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kata, yaitu "Bu Yao Pa (jangan takut)!"
Waktu terus berjalan.. tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai macam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak "Jangan takut!", segala peluang dan tantangan dihadapinya dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya, ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.
Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya tiga kata bijak. "Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?" gumannya.
Maka ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisa tiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai di desa, sang sesepuh ternyata telah meninggal dunia. Tetapi ada "surat wasiat" yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan tiga kata: "Bu Hou Hui (jangan pernah menyesal)!"
Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.
Sungguh berbobot enam kata bijak tadi. Jangan takut, dan jangan pernah menyesal. Tidak terkecuali, Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan enam kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, mau mengubah harapan menjadi nyata, pasti, kita membutuhkan tiga kata bijak pertama: "jangan takut". Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!
Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan. Pada titik seperti ini, tiga kata bijak berikutnya: "jangan pernah menyesal", bisa menjadi kunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanya membebani dan menghambat langkah kita ke depan.
Mampu menerima hasil perjuangan apa adanya adalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa!!! Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri...
Jangan takut ! Jangan pernah menyesal!
Label:
Jangan Menyesal,
Jangan takut
Rabu, 02 Mei 2012
Karena Sakit Seorang Lelaki Mencarikan Suami Baru bagi Istrinya
Terdengar janggal namun justru di dalamnya tersirat ketulusan
dan rasa cinta. Liu Li, 39 tahun, menyadari betapa beratnya penyakit
yang dideritanya. Tetapi di pihak lain ia tak mau merepotkan istrinya,
Shi Zhihong, 37 tahun.
Li menderita penyakit yang disebut Ankylosing Spondylitis, suatu penyakit yang membuat tulang belakang menyatu. Dokter menyebutkan penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Tetapi bisa dibantu menahannya dengan obat-obatan tetapi itu pun sangat mahal. Sedangkan Li berasal dari keluarga sederhana.
Menanggapi vonis dokter itu, ia membujuk istrinya, Zhihong, agar mau menceraikannya dan ia mencari suami lain agar masa depannya dan kedua anaknya jadi terjamin. Ia berharap istri dan anak-anaknya menemukan kebahagiaan.
Upaya membujuk sang istri tak sampai di situ. Li kemudian memasang iklan online pada tahun lalu dan menceritakan maksud iklan tersebut. "Tolong, tolong carikan suami yang baik bagi istri saya. Saya tak ingin membebani istri saya lagi. Saya benar-benar sakit parah. Saya mungkin terperangkap di kursi roda tetapi itu pasti tak akan lama. Istri saya masih cukup muda, dia harus memiliki masa depan yang baik. Jika tidak saya tidak akan beristirahat dengan tenang ketika mati.....," begitu bunyi iklannya seperti dikutip The Telegraph.
Seperti dikutip koran Inggris itu, Li mengaku sudah berusaha untuk sekuat tenaga bagi penyembuhan dirinya dan kebaikan keluarganya. "Saya telah melakukan yang terbaik, tapi saya lemah dan mereka layak lebih baik. Ini akan meringankan hati saya," tambah Li.
Yang lebih membuat Li tersayat hatinya, kedua anaknya juga menyadari betapa untuk menyembuhkan ayahnya mereka membutuhkan biaya yang besar. Dan karena ingin berhemat anak-anaknya bahkan menolak saat dikasih sekadar permen. "Mereka mengira dengan cara begitu akan bisa membantu," ujarnya.
Sedangkan istrinya, Zhihong, tak setuju dengan gagasan suaminya mencarikan suami baru bagi dirinya. Ia pun mengetuk badan amal untuk membantu biaya pengobatan mereka. "Kami adalah keluarga baik tetapi miskin. Kami membutuhkan bantuan," ujar Zhihong. "Saya akan tetap jadi istrinya di kehidupan ini sekarang dan di kehidupan yang akan datang," tambahnya. (Foto: The Telegraph)
Li menderita penyakit yang disebut Ankylosing Spondylitis, suatu penyakit yang membuat tulang belakang menyatu. Dokter menyebutkan penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Tetapi bisa dibantu menahannya dengan obat-obatan tetapi itu pun sangat mahal. Sedangkan Li berasal dari keluarga sederhana.
Menanggapi vonis dokter itu, ia membujuk istrinya, Zhihong, agar mau menceraikannya dan ia mencari suami lain agar masa depannya dan kedua anaknya jadi terjamin. Ia berharap istri dan anak-anaknya menemukan kebahagiaan.
Upaya membujuk sang istri tak sampai di situ. Li kemudian memasang iklan online pada tahun lalu dan menceritakan maksud iklan tersebut. "Tolong, tolong carikan suami yang baik bagi istri saya. Saya tak ingin membebani istri saya lagi. Saya benar-benar sakit parah. Saya mungkin terperangkap di kursi roda tetapi itu pasti tak akan lama. Istri saya masih cukup muda, dia harus memiliki masa depan yang baik. Jika tidak saya tidak akan beristirahat dengan tenang ketika mati.....," begitu bunyi iklannya seperti dikutip The Telegraph.
Seperti dikutip koran Inggris itu, Li mengaku sudah berusaha untuk sekuat tenaga bagi penyembuhan dirinya dan kebaikan keluarganya. "Saya telah melakukan yang terbaik, tapi saya lemah dan mereka layak lebih baik. Ini akan meringankan hati saya," tambah Li.
Yang lebih membuat Li tersayat hatinya, kedua anaknya juga menyadari betapa untuk menyembuhkan ayahnya mereka membutuhkan biaya yang besar. Dan karena ingin berhemat anak-anaknya bahkan menolak saat dikasih sekadar permen. "Mereka mengira dengan cara begitu akan bisa membantu," ujarnya.
Sedangkan istrinya, Zhihong, tak setuju dengan gagasan suaminya mencarikan suami baru bagi dirinya. Ia pun mengetuk badan amal untuk membantu biaya pengobatan mereka. "Kami adalah keluarga baik tetapi miskin. Kami membutuhkan bantuan," ujar Zhihong. "Saya akan tetap jadi istrinya di kehidupan ini sekarang dan di kehidupan yang akan datang," tambahnya. (Foto: The Telegraph)
Seorang Wartawan jadi Ibu Desa Lepra
Niat Chang Ping-yi sebenarnya mau meliput desa terpencil
Dayingpan di provinsi Sichuan, China. Namun ia kemudian terperangah saat
melihat kehidupan di sana yang menyedihkan.
Desa itu memang sudah diisolasi pemerintah China sejak tahun 1959 untuk menutup penyebaran penyakit lepra yang diderita penduduk desa itu. Chang Ping-yi meliput desa itu pada tahun 1999. Yang membuat sang wartawan tersentak, banyak penderita lepra yang tak terurus. Mereka yang kaki dan tangannya sudah cacat berjalan sendiri dengan menyeret tubuhnya di jalanan. Karena lukanya terbuka jejaknya tampak dari darah yang mengotori jalan.
Chang yang kelahiran tahun 1959 juga menemukan anak-anak yang sudah terkena lepra setiap hari hanya bergerombol di jalanan tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka juga tak bisa sekolah. "Mereka seperti anak-anak ayam saja," katanya. Sedangkan sekolah hanya ada satu, itu pun di sebuah rumah tanpa jendela dan dijubeli 70-an anak. "Karena kursi tak memadai, banyak di antara mereka yang belajar sambil berdiri," tutur ibu dua anak ini.
Pulang ke Taiwan ia menuliskan hasil reportasenya menjadi empat tulisan di koran tempatnya bekerja. Sambil begitu ia mencari bantuan dengan mengumpulkan dana untuk membangun sekolah di Dayingpan. Tahun 2002 terkumpul dana sebesar $47.336. Dana itu cukup untuk membangun enam kelas tambahan. Tahun berikutnya ia mendirikan Wings of Hope Charity Group, yayasan untuk menampung para donor yang mau memberikan bantuan untuk membangun sekolah di desa itu. Saat itu ia sudah bulat untuk meninggalkan kemewahannya demi membantu anak-anak di Dayingpan mendapat pendidikan yang layak. Ia pun keluar dari pekerjaannya agar konsentrasi membangun pendidikan di desa itu.
Tahun 2005 Chang sudah bisa membangunkan gedung pendidikan di sana. Dengan fasilitas yang makin memadai, jumlah anak-anak yang bisa sekolah pun bertambah. Kini sekolahnya sudah bisa memiliki 330 murid dengan 17 orang guru. Kiprah Chang Ping-yi yang tanpa pamrih itu telah menginsiprasi banyak orang. Ia sampai dijuluki, "Ibu Desa Lepra". (Foto: Wantchinatimes.com dan Ecns.cn)
Desa itu memang sudah diisolasi pemerintah China sejak tahun 1959 untuk menutup penyebaran penyakit lepra yang diderita penduduk desa itu. Chang Ping-yi meliput desa itu pada tahun 1999. Yang membuat sang wartawan tersentak, banyak penderita lepra yang tak terurus. Mereka yang kaki dan tangannya sudah cacat berjalan sendiri dengan menyeret tubuhnya di jalanan. Karena lukanya terbuka jejaknya tampak dari darah yang mengotori jalan.
Chang yang kelahiran tahun 1959 juga menemukan anak-anak yang sudah terkena lepra setiap hari hanya bergerombol di jalanan tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka juga tak bisa sekolah. "Mereka seperti anak-anak ayam saja," katanya. Sedangkan sekolah hanya ada satu, itu pun di sebuah rumah tanpa jendela dan dijubeli 70-an anak. "Karena kursi tak memadai, banyak di antara mereka yang belajar sambil berdiri," tutur ibu dua anak ini.
Pulang ke Taiwan ia menuliskan hasil reportasenya menjadi empat tulisan di koran tempatnya bekerja. Sambil begitu ia mencari bantuan dengan mengumpulkan dana untuk membangun sekolah di Dayingpan. Tahun 2002 terkumpul dana sebesar $47.336. Dana itu cukup untuk membangun enam kelas tambahan. Tahun berikutnya ia mendirikan Wings of Hope Charity Group, yayasan untuk menampung para donor yang mau memberikan bantuan untuk membangun sekolah di desa itu. Saat itu ia sudah bulat untuk meninggalkan kemewahannya demi membantu anak-anak di Dayingpan mendapat pendidikan yang layak. Ia pun keluar dari pekerjaannya agar konsentrasi membangun pendidikan di desa itu.
Tahun 2005 Chang sudah bisa membangunkan gedung pendidikan di sana. Dengan fasilitas yang makin memadai, jumlah anak-anak yang bisa sekolah pun bertambah. Kini sekolahnya sudah bisa memiliki 330 murid dengan 17 orang guru. Kiprah Chang Ping-yi yang tanpa pamrih itu telah menginsiprasi banyak orang. Ia sampai dijuluki, "Ibu Desa Lepra". (Foto: Wantchinatimes.com dan Ecns.cn)
Dua Malaikat Pengembara
Alkisah, ada dua malaikat pengembara yang tengah turun ke bumi. Mereka
memutuskan untuk bermalam di rumah sebuah keluarga kaya raya. Keluarga
itu menyambut mereka dengan dingin dan tidak memberikan kamar tidur tamu
sebagai tempat istirahat kedua malaikat itu. Malaikat itu malah
diberikan sebuah tempat di ruang bawah tanah yang dingin dan berdebu.
Setelah menyiapkan alas tidur di atas lantai yang keras, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding dan memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya alasannya, malaikat yang lebih tua hanya menjawab, "Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".
Malam berikutnya, kedua malaikat itu mengunjungi rumah sebuah keluarga miskin. Di sini, mereka disambut dengan hangat. Petani dan istrinya yang sangat baik dan ramah bahkan memberikan makanan mereka yang hanya sedikit dan juga membiarkan kedua malaikat bermalam di ranjang mereka.
Begitu matahari terbit keesokan harinya, malaikat itu menemukan si petani dan istrinya sedang menangis. Sapi mereka satu-satunya, yang menghasilkan susu sebagai nafkah hidup mereka, terbaring mati di ladang. Malaikat yang lebih muda menjadi kesal dan bertanya kepada malaikat yang lebih tua, "Kok, tega sih membiarkan semuanya ini terjadi?! Keluarga yang pertama punya segalanya, tapi kamu menolong mereka. Keluarga ini berkekurangan dan malah mau berbagi segalanya, tapi kamu membiarkan sapi mereka mati."
Seperti biasanya, malaikat yang lebih tua memberi jawab, "Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya". Namun kali ini, dia meneruskannya dengan berkata, "Ketika kita bermalam di ruang bawah tanah di rumah megah itu, aku melihat ada bongkahan emas yang tersimpan di ruang di balik lubang dinding itu. Karena pemilik rumah itu sangat serakah dan tidak mau berbagi kekayaannya, aku menutup lubang dinding itu supaya dia tidak akan menemukannya. Lalu, semalam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat kematian menyambangi istri si petani. Aku justru berusaha menawar dengan memberikan sapi kepada sang malaikat kematian itu. Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya."
Terkadang itulah tepatnya yang terjadi ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan kita. Sebagai orang yang beriman, kita hanya perlu percaya bahwa setiap hal, entah itu keberuntungan atau kemalangan, terjadi demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya hingga akhirnya semuanya itu terungkap.
Setelah menyiapkan alas tidur di atas lantai yang keras, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding dan memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya alasannya, malaikat yang lebih tua hanya menjawab, "Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".
Malam berikutnya, kedua malaikat itu mengunjungi rumah sebuah keluarga miskin. Di sini, mereka disambut dengan hangat. Petani dan istrinya yang sangat baik dan ramah bahkan memberikan makanan mereka yang hanya sedikit dan juga membiarkan kedua malaikat bermalam di ranjang mereka.
Begitu matahari terbit keesokan harinya, malaikat itu menemukan si petani dan istrinya sedang menangis. Sapi mereka satu-satunya, yang menghasilkan susu sebagai nafkah hidup mereka, terbaring mati di ladang. Malaikat yang lebih muda menjadi kesal dan bertanya kepada malaikat yang lebih tua, "Kok, tega sih membiarkan semuanya ini terjadi?! Keluarga yang pertama punya segalanya, tapi kamu menolong mereka. Keluarga ini berkekurangan dan malah mau berbagi segalanya, tapi kamu membiarkan sapi mereka mati."
Seperti biasanya, malaikat yang lebih tua memberi jawab, "Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya". Namun kali ini, dia meneruskannya dengan berkata, "Ketika kita bermalam di ruang bawah tanah di rumah megah itu, aku melihat ada bongkahan emas yang tersimpan di ruang di balik lubang dinding itu. Karena pemilik rumah itu sangat serakah dan tidak mau berbagi kekayaannya, aku menutup lubang dinding itu supaya dia tidak akan menemukannya. Lalu, semalam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat kematian menyambangi istri si petani. Aku justru berusaha menawar dengan memberikan sapi kepada sang malaikat kematian itu. Sesuatu itu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya."
Terkadang itulah tepatnya yang terjadi ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan kita. Sebagai orang yang beriman, kita hanya perlu percaya bahwa setiap hal, entah itu keberuntungan atau kemalangan, terjadi demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya hingga akhirnya semuanya itu terungkap.
Label:
Malaikat
Langganan:
Postingan (Atom)