Niat Chang Ping-yi sebenarnya mau meliput desa terpencil
Dayingpan di provinsi Sichuan, China. Namun ia kemudian terperangah saat
melihat kehidupan di sana yang menyedihkan.
Desa itu memang sudah diisolasi pemerintah China sejak tahun 1959 untuk
menutup penyebaran penyakit lepra yang diderita penduduk desa itu. Chang
Ping-yi meliput desa itu pada tahun 1999. Yang membuat sang wartawan
tersentak, banyak penderita lepra yang tak terurus. Mereka yang kaki dan
tangannya sudah cacat berjalan sendiri dengan menyeret tubuhnya di
jalanan. Karena lukanya terbuka jejaknya tampak dari darah yang
mengotori jalan.
Chang yang kelahiran tahun 1959 juga menemukan anak-anak yang sudah
terkena lepra setiap hari hanya bergerombol di jalanan tak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Mereka juga tak bisa sekolah. "Mereka seperti
anak-anak ayam saja," katanya. Sedangkan sekolah hanya ada satu, itu pun
di sebuah rumah tanpa jendela dan dijubeli 70-an anak. "Karena kursi
tak memadai, banyak di antara mereka yang belajar sambil berdiri," tutur
ibu dua anak ini.
Pulang ke Taiwan ia menuliskan hasil reportasenya menjadi empat tulisan
di koran tempatnya bekerja. Sambil begitu ia mencari bantuan dengan
mengumpulkan dana untuk membangun sekolah di Dayingpan. Tahun 2002
terkumpul dana sebesar $47.336. Dana itu cukup untuk membangun enam
kelas tambahan. Tahun berikutnya ia mendirikan Wings of Hope Charity
Group, yayasan untuk menampung para donor yang mau memberikan bantuan
untuk membangun sekolah di desa itu. Saat itu ia sudah bulat untuk
meninggalkan kemewahannya demi membantu anak-anak di Dayingpan mendapat
pendidikan yang layak. Ia pun keluar dari pekerjaannya agar konsentrasi
membangun pendidikan di desa itu.
Tahun 2005 Chang sudah bisa membangunkan gedung pendidikan di sana.
Dengan fasilitas yang makin memadai, jumlah anak-anak yang bisa sekolah
pun bertambah. Kini sekolahnya sudah bisa memiliki 330 murid dengan 17
orang guru. Kiprah Chang Ping-yi yang tanpa pamrih itu telah
menginsiprasi banyak orang. Ia sampai dijuluki, "Ibu Desa Lepra". (Foto:
Wantchinatimes.com dan Ecns.cn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar