@ ACCURATE HEALTH CENTER (KONSULTASI PSIKOLOGI & AKUPUNKTUR & REFLEKSIOLOGI)
Senin, 30 April 2012
Menangani Amarah dan Hinaan
Tiba-tiba saja, langkahnya dihentikan oleh seorang pemuda yang bertubuh tinggi besar, beraut wajah merah tampak marah dan tidak senang.
"Hei," katanya kasar. "Anda itu tidak berhak mengajari orang lain..!"
Kemudian pemuda ini mulai berteriak menantang dan menghina guru muda ini. "Tahu tidak? Anda ini sama saja bodohnya dengan orang lain. Punya kepandaian sedikit saja, sok tahu! Badan begitu kecil nyalimu cukup besar ya. Ayoo...kalau berani kita berkelahi!"
Dengan wajah tenang, sambil tersenyum sang Guru muda malahan balik bertanya: "Teman. Jika kamu memberi hadiah untuk seseorang, tapi seseorang itu tidak mengambilnya, siapakah pemilik hadiah itu?"
Si pemuda terkejut, karena tiba-tiba diberi pertanyaan yang aneh. Spontan, ia menjawab lantang, "Pertanyaan bodoh! Tentu saja! Hadiah itu tetap menjadi milikku karena akulah yang memberikan hadiah itu."
Guru muda ini tersenyum, lalu berkata, "Kamu benar. Kamu baru saja memberikan marah dan hinaan kepada saya dan saya tidak menerimanya, apalagi merasa terhina sama sekali. Maka kemarahan dan hinaan itu pun kembali kepadamu. Benar kan? Dan kamu menjadi satu-satunya orang yang tidak bahagia. Bukan saya. Karena sesungguhnya, melampiaskan emosi kemarahan adalah sebuah proses menyakiti diri sendiri. Membangkitkan sel-sel negatif di dalam diri "
Pemuda itu terdiam, mencoba mencerna kata demi kata sang guru. Kepala dan hatinya seperti tersiram air dingin, ketika mendapat sebuah kesadaran baru.
Sang guru muda melanjutkan. "Jika kamu ingin berhenti menyakiti diri sendiri singkirkan kemarahan dan ubahlah menjadi cinta kasih. Ketika kamu membenci orang lain, dirimu sendiri tidak bahagia bahkan tersakiti secara alami. Tetapi ketika kamu mencintai orang lain, semua orang menjadi bahagia."
Saat kemarahan sedang menghampiri kita, tunda sejenak! Jangan biarkan dia lepas tanpa kendali. Mengumbar kemarahan adalah pantulan ketidakbahagiaan.
Karenanya, mari kita belajar mengembangkan kebahagiaan setiap saat. Dengan berbahagia, maka tidak akan muncul kemarahan dan kebencian. Tanpa kemarahan dan kebencian, tidak ada proses menyakiti diri sendiri dan sesama.
Sebuah Janji
Ada seorang ayah yang meninggalkan istrinya di rumah setelah kondisinya dirasa aman, lalu ia buru-buru pergi ke sekolah anaknya. Setibanya di sana, ia mendapati gedung sekolah sudah dalam kondisi mengenaskan.
Begitu menghapus rasa terkejutnya, sang ayah teringat akan janji yang diucapkannya pada anaknya: "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu!" Ia lalu mulai memikirkan rute jalan yang biasanya dilalui sang anak menuju kelasnya setiap pagi. Ia mencoba mengingat-ingat letak kelas anaknya yang kemungkinan berada di sudut kanan belakang gedung sekolah. Ia pun segera berlari ke sana dan mulai menggali reruntuhan gedung.
Selagi ia terus menggali, datang orangtua lainnya yang putus asa dan memanggil nama anaknya. Orangtua lain yang bermaksud baik berusaha menarik si ayah itu dari sisa bangunan sekolah yang mengenaskan, dengan berkata, "Sudah terlambat!"; "Mereka semua sudah meninggal"; "Kau tidak mungkin bisa menolong! Pulang sajalah!"; "Terima saja kenyataannya, tidak ada lagi yang bisa kau lakukan!" Si ayah menjawab semua komentar itu dengan ucapan, "Maukah Anda bantu saya sekarang?" dan setelah itu, ia melanjutkan penggaliannya demi sang anak.
Kepala dinas pemadam kebakaran tiba di tempat dan mencoba menarik si ayah itu dari reruntuhan bangunan sekolah dengan berkata, "Sudah mulai ada percikan api, terjadi ledakan di mana-mana. Anda dalam bahaya. Kami akan menangani masalah ini. Anda lebih baik pulang saja."
Lalu, seorang polisi datang dan berkata, "Anda itu sedang marah dan cemas. Semuanya ini sudah berakhir. Anda bisa membahayakan orang lain. Pulang sajalah. Kami akan menyelesaikan masalah di sini!"
Dengan berani, si ayah masih terus menggali karena ia perlu tahu: apakah anak lelakinya masih hidup atau sudah meninggal.
Delapan jam sudah berlalu, dan si ayah masih terus menggali... 12 jam... 24 jam... 36 jam... lalu di jam ke-38 ia mengangkat sebongkah besar batu dan mendengar suara anak lelakinya.
Ia memanggil nama anaknya: "ARMAND!"
Anak itu balas berteriak, "Ayah!?! Ini aku, Yah! Aku bilang ke anak-anak yang lain supaya tidak cemas. Kubilang kalau Ayah masih hidup, kau akan menyelamatkan aku. Dan begitu Ayah menyelamatkan aku, mereka juga akan diselamatkan. Ayah kan pernah berjanji, Apa pun yang terjadi, Ayah akan selalu ada untukku! Dan Ayah sudah penuhi janji itu!"
"Bagaimana kondisi di sana? Ada berapa anak?" tanya si ayah.
"Kami tinggal ber-14 dari 33 anak, Yah. Kami ketakutan, lapar, haus, dan bersyukur Ayah ada di sini. Waktu bangunan sekolah ambruk, ternyata runtuhannya membentuk segitiga. Dan itu menyelamatkan kami."
"Ayo, sekarang keluarlah, Nak!"
"Tidak, Yah! Biarkan anak yang lain lebih dulu karena aku yakin Ayah akan menolongku! Apa pun yang terjadi, aku tahu kau akan selalu ada untukku!"
____________________
Bagi sebagian orang, sebuah janji hanyalah janji tanpa merasa perlu untuk memenuhi janji yang telah diucapkannya itu. Seandainya si ayah dalam kisah di atas juga punya sikap mental seperti itu, pasti ia akan langsung menyerah begitu melihat kondisi mengenaskan bangunan sekolah. Janji pada anaknya akan diabaikan begitu saja, sehingga penantian si anak akan pertolongan sang ayah menjadi sia-sia. Dengan begitu, ceritanya akan memiliki akhir yang berbeda.
Janji itu adalah utang. Seperti halnya kita selalu ingin bebas dari utang, mari kita mulai sekarang belajar untuk selalu menepati janji agar ia tidak berubah menjadi utang yang menumpuk. Tapi jika dirasa kita tidak mampu untuk memenuhi sebuah janji, sebaiknya jangan ucapkan janji itu.
The Recipe for Success (Kutipan Benjamin F. Fairless)
Choose a career you love.
Give it the best there is in you.
Seize your opportunities.
Be a member of the team.
(Benjamin F. Fairless)
Apa resep meraih sukses? Bagi saya, ada empat ramuan penting:
Pilih karier yang Anda cintai.
Lakukan dengan kemampuan terbaik Anda.
Manfaatkan peluang Anda.
Jadilah anggota tim.
(Benjamin F. Fairless-industrialis Amerika)
Kamis, 26 April 2012
Apakah KESOMBONGAN itu?
Jadi saudara/i sekalian, dengan demikian APA YANG HARUS KITA SOMBONGKAN ?
Hilangkan kesombongan dalam diri kita.
R E N U N G A N
Banyak sekali yg telah d'lalui,
Ada yg lancar...
Ada yg penuh rintangan...
Ada yg penuh kegembiraan..
Ada pula yg penuh kegetiran...
Semua pasti mengalaminya...
Itulah kehidupan manusia
Saat kita berumur 20thn merasa sungguh enak kalo kita tampan/cantik.
Saat kita 30thn merasa sungguh enak andaikan kita kembali muda lg.
Saat kita 40thn merasa sungguh enak andai kita punya banyak uang
Saat kita 50thn merasa ada kesehatan sungguh enak sekali.
Saat kita 60thn merasa utk dpt hidup aja sudah sangat bagus.
Saat kita 70/80thn merasa kenapa hidup ini serasa sangat singkat sekali.
Sebenar'nya hidup ini tdk perlu selalu merasa disesali.
Tidak perlu merasa diri ini cakep/ jelek.
Tidak perlu saling menyalahkan mencari siapa yg benar siapa yg salah.
Hidup ini indah....
" Nikmati lah...."
Semoga teman" sekalian d'berkati hidup dgn penuh kesehatan.
Tuhan punya hadiah utkmu:
↣ Sebuah Cahaya,untuk Kegelapan
↣ Sebuah Rencana,untuk Hari Esok
↣ Sebuah Jalan Keluar,untuk Masalah
↣ Sebuah Kebahagian,untuk Kesedihan
Dan aku punya hadiah utkmu hari ini...
" Sebuah Doa & Harapan"
Agar Tuhan selalu menyertai setiap langkahmu
Zhai Meiqing—Perempuan Tahan Banting dari Guangzhou
Zhai, 20 tahun lalu bukanlah siapa-siapa. Mungkin tak banyak juga yang memperhatikannya. Namun kini ia masuk ke deretan 400 orang terkaya di China. Modal suksesnya adalah mimpi jadi pengusaha yang ia tanamkan sejak anak-anak.
Ketika ditanya wartawan, apa motivasinya menjadi pengusaha, perempuan cantik ini memberi alasan yang menarik. "Kami miskin pada saat itu dan berharap akan menjalani hidup lebih baik di kemudian hari," katanya seperti dikutip China Daily. Menurutnya, ia selalu punya keinginan untuk melakukan segala sesuatu dengan baik. Dan karena merasa yakin mampu menjalaninya maka ia pun yakin jika terjun ke dunia bisnis akan sukses.
Keyakinan itu terus jadi pegangan hidupnya. Zhai lahir pada bulan April 1964 di Guangzhou, Guangdong, China bagian selatan. Usai menamatkan SMA-nya, ia langsung melamar kerja di China Travel Service yang kemudian diterima dan ditempatkan di kota kelahirannya. Tetapi karena sejak kecil ingin berbisnis sendiri, ia hanya beberapa tahun menjadi karyawan. Pada tahun 1985, saat usianya 21 tahun, ia memutuskan berhenti bekerja. Saat itu ia tergoda untuk mencoba berbisnis garmen dengan meminjam uang dari ibunya sebesar 2.000 yuan. Sayang, bisnis pertamanya itu amblas.
Bisnis pertama boleh gagal, tetapi ia masih memiliki semangat untuk memulai usaha yang lain. Selama dua tahun berikutnya, ia menjadi tenaga pemasar produk mebel milik orang lain. Karena melihat peluang besar di bidang ini, ia kemudian mencoba berbisnis sendiri. Modalnya berasal dari hasil kerjanya selama dua tahun itu yang totalnya sekitar satu juta yuan. Dengan uang sebanyak itulah, ia memulai memproduksi kasur dimulai dari jumlah yang tak seberapa.
Kejelian Zhai dalam memilih produk kasur dan ditambah dengan tidak begitu banyaknya pesaing pada produk kasur, membuat bisnisnya cepat berkembang. Sehingga dalam usia yang masih 22 tahun, ia sudah memiliki penghasilan yang lumayan besar. Bersama pria pujaan yang akhirnya dinikahinya, yaitu Liu Zhiqiang, Zhai Meiqing mengelola bisnisnya. Zhai punya konsep lain. Orang-orang di China pada umumnya saat itu menggunakan tempat tidur yang mereka buat sendiri. Namun karena perkembangan ekonomi yang terus meningkat, kaum profesional yang tumbuh dengan pesat mulai membutuhkan kenyamanan seperti tempat tidur yang lebih nyaman. Kesempatan inilah yang diambil Zhai dan suaminya.
Ia berjualan kasur untuk kalangan profesional di suburban yang baru menikmati kemajuan ekonomi. Harga yang ditawarkan pun murah. Sehingga konsepnya adalah menjual kasur dan produk furnitur sejenisnya untuk kalangan kelas menengah di pinggiran kota dengan harga murah. Tak heran perkembangannya cepat. Dan dalam tempo yang tidak terlalu lama sudah membuka beberapa cabang di provinsi Guangdong.
Karena bisnis furniturnya berkembang pesat, Zhai dan suami kemudian melakukan ekspansi. Ia mencoba memasuki bisnis properti. Kini Zhai dan suami mengendalikan dua grup perusahaan, yaitu Heung Kong Group dan Kinhom Group. Heung Kong fokus di bisnis real estat, sedangkan Kinhom di bidang furnitur. Kinhom kini memiliki 200-an outlet di seluruh China.
Meskipun sudah sangat sukses dan kaya raya, Zhia dan keluarganya memilih jalan menjadi philantropist, yaitu kaum hartawan yang berbagi kekayaannya bagi kemanusiaan. "Ketika saya memulai berbisnis, saya ingin keluar dari kemiskinan. Tetapi kemudian menemukan bahwa nilai-nilai kehidupan yang kita peroleh ternyata terletak pada bagaimana kita berkontribusi pada lingkungan sosial kita," ujarnya.
Dengan dasar itulah, kini ia aktif di yayasan yang dikelolanya untuk membantu sesama.
Senin, 23 April 2012
Kisah Karpet
Namun ada satu masalah: ibu yang sangat resik (suka dengan kebersihan) ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Dia bisa marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, sehingga suasana rumah menjadi tidak enak selama seharian penuh.
Karena agak mengganggu kedamaian dalam keluarga, sang ibu disarankan keluarganya untuk menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir. Pada Virginia inilah, sang ibu mencurahkan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum dan berkata, "Ibu cobalah menutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan." Sang ibu mengikuti permintaan Virginia.
"Sekarang, bayangkan rumah ibu yang rapi dan karpet ibu yang bersih, tak ternoda, dan tanpa jejak sepatu. Bagaimana perasaan ibu?" lanjut Virginia.
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah. Mukanya yang murung berubah cerah. Dia senang dengan bayangan yang dilihat di benaknya.
"Itu artinya tidak ada seorang pun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak. Tak terdengar senda gurau dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi."
Mendengar ucapan psikolog tersebut, seketika muka sang ibu berubah keruh. Senyumnya langsung menghilang. Di antara helaan napasnya terdengar suara isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
Virgina meneruskan sesi terapinya. "Sekarang, coba ibu lihat kembali karpet itu. Ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana. Itu artinya suami dan anak-anak ada bersama Ibu dan menghangatkan hati ibu." Dengan kalimat-kalimat ini, sang ibu mulai tersenyum kembali.
"Sekarang, bukalah mata ibu." Setelah sang ibu membuka matanya, Virginia bertanya, "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Kotoran di atas karpet atau di benda mana pun masih bisa diusahakan untuk dibersihkan, sehingga kondisinya bisa kembali bersih. Namun apabila yang menjadi "kotor" adalah hubungan keluarga kita (baca: hilangnya kehangatan dan cinta kasih dari orang-orang terkasih), bagaimanakah kita bisa "membersihkannya" (baca: menemukan kembali kehangatan kasih keluarga)?
Seberapa Kayakah Kita
Ketika mereka pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanannya?"
"Menyenangkan sekali, Yah!"
"Kau bisa lihat kan di dunia ini ada orang-orang yang miskin?" tanya sang ayah.
"Iya!"
"Apa yang kau pelajari?"
Anak itu menjawab, "Aku perhatikan kita cuma punya seekor anjing di rumah, sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luas hingga ke tengah taman, tapi mereka punya sungai yang tidak ada ujungnya. Kita membeli lampu taman kita dari luar negeri, tapi mereka punya bintang-bintang di langit. Kita punya serambi rumah yang luasnya hingga ke halaman depan, mereka punya seluruh langit." Sang ayah terbengong-bengong mendengar jawaban anaknya.
Sang anak menambahkan, "Terima kasih, Yah, karena sudah menunjukkan betapa ‘miskinnya" kita!"
Membaca kisah di atas, sangatlah jelas bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sangat bergantung pada cara pandang kita. Sadari: jika kita masih bisa berbuat baik, punya teman, keluarga, masih sehat, masih bisa bergurau dan mencintai hidup, itu berarti kita punya hal-hal yang amat berharga, yang tidak bisa ditukar dengan uang sebesar apa pun.
Kita mungkin punya segala harta benda, punya tabungan yang cukup untuk masa depan. Tapi jika jiwa dan hati kita miskin, segala kekayaan tadi tidak ada artinya. Jika kita tidak punya hati yang positif, kita lebih miskin daripada orang yang miskin harta.
8 Kunci Sukses Andrie Wongso
Keyakinan diri adalah kekuatan pendobrak yang luar biasa! Dengan keyakinan diri yang kuat, kita bisa menciptakan prestasi; apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
2) BERANI
Memang di kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi, kita harus BERANI memastikan dan memperjuangkan segala hal yang pantas kita raih!
* Berani menentukan target.
* Berani mulai melangkah.
* Berani memperjuangkan sampai sukses!
3) DISIPLIN
Jika Anda ingin sukses, tegakkanlah DISIPLIN DIRI dengan tegas! Kalau Anda tunduk oleh perasaan malas, manja dan bosan, maka pasti nasib Anda pun tidak akan berubah!
4) KOMITMEN
Bagi orang yang memiliki KOMITMEN dan integritas tinggi, mereka tidak pernah merasa takut, ragu atau bimbang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.
5) ULET
Ulet bukan sekedar sabar, pasif, apatis, pasrah dan bertahan..!! ULET adalah tekad yang mengandung sikap antusias, gigih, tegar, proaktif, dan pantang Menyerah..!!!
6) SABAR
Jika ingin sukses, SABAR harus kita miliki. SABAR menghadapi orang yang memusuhi dan meremehkan kita, SABAR menghadapi setiap halangan dan tetap berjuang hingga sukses.
Kesulitan ~ Halangan ~ Tekanan ~ Kegagalan adalah SUPLEMEN FOOD (vitamin) bagi orang-orang SUKSES.
7) TEGAR
Seganas apapun badai di kehidupan ini, dia tidak akan pernah menghancurkan insan yang memiliki KETEGARAN, keyakinan, dan niat baik. Kehidupan memang penuh variasi; kadang diuntungkan, kadang dirugikan, kadang sukses, kadang gagal, kadang dipuji, kadang dihina. Semua membutuhkan: ULET, SABAR, TEGAR.
8) SYUKUR
JIka setiap bangun pagi kita bisa MENSYUKURI dengan tulus apa yang telah kita miliki hari Ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia
I CAN is 100 Times More Important Than IQ
"I CAN is 100 times more important than IQ!"
WOW!!
Saya sangat menikmati kutipan tersebut dan sama sekali tidak sedang berusaha untuk mengembangkan pemaknaan dari semboyan itu untuk menjadi sebuah euforia. Cukup kalau saya artikan secara sederhana saja menjadi:
"SANGGUP itu lebih penting dari CERDAS".
Apa benar seperti itu?
Pemaknaan kebenarannya jangan diartikan secara biasa-biasa saja, tetapi harus menjadi bahan renungan yang sanggup mengusik dan menggelitik rasa "heroik namun tulus hati" dalam mengemban sebuah tanggung jawab.
Banyak sekali perusahaan pada masa ini mulai mengembangkan cara-cara perekrutan karyawan dari melalui TES IQ saja menjadi lebih luas lagi lingkupnya dengan melakukan juga tes EQ, tes SQ, dan tes HRQ. Mungkin dasar pemikiran terdalam dari semboyan di atas berasal dari HRQ (Human Relationship Quotient = kecerdasan untuk memahami orang lain / Skill with People).
Walaupun David Vogelsang ini berasal dari "Barat" di mana manajemen dengan kultur barat ini lebih terfokus pada prestasi dan kecakapan individu, lebih menjadikan kaum profesional di belahan dunia Barat menjadi seorang spesialis yang opportunis (selalu sigap pada keahlian yang terspesialisasi pada satu bidang dan lebih tertarik pada kesempatan pengembangan karir yang lebih baik), toh beliau tertarik juga dengan pemikiran di atas yang kalau kita gali lebih dalam maknanya sangat kental manajemen dengan kultur ketimuran.
Dalam manajemen dengan kultur Timur, memang benar, bahwa sebuah organisasi tidak terlalu mempertimbangkan kecakapan individu... selama orang itu bisa memainkan peranannya dengan baik dalam team-worknya di segala lini (bukan terpusat pada sebuah lini seperti yang dianut manajemen budaya Barat) - maka dari itu jangan heran kalau seorang Senior Director di perusahaan Jepang bisa tidak memerlukan sekretaris pribadi, melakukan penjualan dan kunjungan ke pelanggan sendiri, melakukan pengiriman sample produk sendiri, mengetik surat penawaran harga bahkan sesekali ikut-ikutan sibuk di bagian lini produksi dengan senang hati juga dilakukannya.
Budaya I CAN, seharusnya lebih dihargai oleh penganut manajemen Timur. Tetapi karena orang Timur tidak terfokus pada spesialisasi, maka kalau ada seorang eksekutif mau "turun" bersama dengan salesmannya berkeliling kesana kemari atau sesekali ikut-ikutan mengemudikan "forklift" di lini produksi.. semuanya dianggap biasa saja.
Sebaliknya budaya I CAN pada saat ini sedang mendapat perhatian besar para penganut manajemen Barat yang tadinya serba spesialis, mereka mulai menghargai para CEO dan level managernya yang mau terjun langsung ke lapangan .. ini bisa Anda lihat dari gaya kepemimpinan CEO Barat yang sudah mempelajari banyak manajemen Timur seperti Steve Jobs, Bill Gates atau Warren Buffet yang kemana-mana masih sering mengemudikan mobilnya sendiri tanpa sopir.
Itulah menariknya mempelajari "manajemen multi kultural": memperkaya wahana kreativitas kita dalam mengembangkan diri serta membebaskan pikiran dari belenggu dikotomi Barat dan Timur yang rasanya jadi tampak kurang relevan lagi pada era globalisasi ini.
Business Warriors yang perkasa ...
Yes! See that I CAN before seeing my IQ!!
Lao Tzu – Rejoice in the Way Things are
Money or happiness: which is more valuable?
Success or failure: which is more destructive?
If you look to others for fulfillment, you will never truly be fulfilled.
If your happiness depends on money, you will never be happy with yourself.
Be content with what you have.
Rejoice in the way things are.
When you realize there is nothing lacking, the whole world belongs to you.
(Lao-Tzu)
______________________
Popularitas atau integritas: manakah yang lebih penting?
Uang atau kebahagiaan: manakah yang lebih berharga?
Kesuksesan atau kegagalan: manakah yang lebih merusak?
Jika kau melihat orang lain demi prestasi, kau tak kan pernah benar-benar merasa puas.
Jika kebahagiaanmu bergantung pada uang, kau tak kan pernah merasa bahagia pada dirimu sendiri.
Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Bergembiralah dengan apa yang kau miliki.
Ketika kau menyadari dirimu tidak berkekurangan, seluruh dunia menjadi milikmu.
(Lao-Tzu)
Perjuangan Berat Anak Sekolah di China
Terlambat masuk sekolah mungkin merupakan kebiasaan yang dapat dimaklumi dari anak-anak ini. Betapa tidak, mereka harus menyeberangi sebuah lembah yang sangat luas dengan menggunakan kereta kabel buatan warga untuk sampai ke sekolah mereka.
Anak-anak ini tinggal di desa Decun di Provinsi Guizhou, China bagian barat daya, dan mereka bersedia mengambil risiko setiap hari hanya demi menimba ilmu. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata kendaraan yang penuh bahaya ini merupakan sebuah kemajuan bagi anak-anak tersebut. Karena sebelumnya mereka harus berjalan kaki yang memakan waktu sekitar 5 jam. Keadaan ini baru berubah pada tahun 2002 ketika seorang warga setempat bernama Hui Defang, membangun sebuah jalur lintas kabel yang simpel.
"Sangat jauh perjalanan yang ditempuh anak-anak setiap hari untuk pergi ke dan pulang dari sekolah. Karena memikirkan anak-anak saya dan mengingat usia mereka yang sudah memasuki usia anak sekolah, saya putuskan untuk membangun sebuah kereta kabel bagi anak-anak." Demikian kata Hui. "Jalur ini juga bisa menjadi alternatif yang lebih nyaman bagi sekitar 100 anak-anak di desa untuk menuju ke sekolah," lanjut Hui.
Hui dan 20 warga desa lainnya bekerja sukarela selama satu bulan untuk membangun sistem transportasi ini. Sekarang jalur kabel tersebut menjadi satu-satunya titik akses ke dunia luar bagi sebanyak 2.000 warga desa yang tinggal di Decun. Bagi siswa yang ingin menggunakan alat transportasi ini untuk sekali menyeberang, harus membayar sebesar 1 yuan. Sedangkan, untuk orang dewasa dikenakan biaya 2 yuan per sekali seberang.
Salah seorang siswa perempuan sempat menceritakan perasaannya saat memakai transportasi ini, "Setiap kali naik kereta kabel ini, jantungku berdebar lebih keras."
Luar biasa sekali perjuangan anak-anak China tersebut, bukan? Mulai sekarang, jika perasaan malas untuk melakukan sesuatu (seperti bersekolah, bekerja, atau hal lainnya) menghampiri kita, cobalah mengingat kisah anak-anak ini yang rela mengambil risiko besar demi kesempatan meraih pendidikan.
Pablo Casals : Sukses Bagaikan Boomerang
"Sikap berpuas diri akan menyebarkan penyakit yang mengerikan ke seluruh bidang kehidupan saya. Ia akan ‘menyerang' ketika kita terlena dengan potensi-potensi kita dan meyakinkan diri bahwa sukses itu akan berlangsung selamanya."
Seperti kata Joe Parteno, pelatih football Amerika, "Begitu Anda menganggap diri Anda sudah tiba di puncak, bencana justru ada di balik tikungan."
Jadi, jangan pernah terlena dengan kesuksesan yang sudah Anda peroleh saat ini. Tetaplah waspada, sebab roda dunia akan terus berputar. Mereka yang terlena, tanpa sadar tiba-tiba sudah berada di jurang kehancuran.
Masalah harus terus ada untuk membuat kita berada di puncak. Tapi, harus kita ketahui bahwa "Tidak berpuas diri" tidaklah sama dengan upaya yang tak terkendali untuk terus mengejar uang lebih banyak, pengakuan lebih banyak, status yang terus meningkat, atau ukuran apa pun yang kita gunakan untuk mengukur sukses. Jika ini yang Anda lakukan, Anda tidak akan dapat menikmati sukses Anda. Lelah, Letih, dan penat, itulah yang akan tersisa untuk Anda.
Thomas Huxley, ahli biologi asal Inggris, pernah berkata, "Anak tangga itu tidaklah pernah dimaksudkan menjadi tempat istirahat, melainkan sekadar untuk menopang kaki seseorang sejenak untuk memungkinkannya menjejakkan kaki lainnya ke anak tangga yang lebih tinggi." Teruslah mendaki, bertumbuh, dan menjangkau untuk menjadi dan mengalami segalanya yang ditawarkan kehidupan besar ini.
Anak 6 Tahun Jualan Limun Demi Selamatkan Ayahnya
Semula tetangganya tak begitu memperhatikannya. Namun setelah ada tetangganya yang menghampirinya dan membaca karton itu, si tetangga kontan tersentuh hatinya. Drew, anak pasangan Randy Cox dan Tonya Cooley Cox, berjualan limun dan makanan kecil untuk mengumpulkan uang yang akan diberikan pada orangtuanya untuk menebus obat-obatan bagi sang ayah, Randy Cox, 30 tahun.
Randy memang didiagnosa terkena penyakit seminoma, sejenis kanker yang langka. Untuk penyembuhannya ia harus menjalani terapi dengan biaya yang lumayan besar. Randy harus menjalani empat siklus terapi. Seminggu pertama ia harus datang ke tempat pengobatannya dan menjalani terapi selama enam jam setiap hari selama seminggu. Setelah itu berhenti selama dua minggu. Kemudian terapi lagi seminggu dan berhenti dua minggu. Dan seterusnya.
"Saya sedih. Saya ingin ayah bisa kembali sehat," kata Drew memberi alasan kenapa berjualan limun seperti dikutip KLTV, Texas. "Saya melakukan ini (berjualan) karena ingin menolongnya dengan mengumpulkan uang untuk menebus obat," katanya lagi.
Randy mengaku sedih melihat apa yang dilakukan anak pertama dari tiga anaknya itu. "Itu ungkapan kasih sayangnya pada saya," katanya.
Lalu kabar pun tersebar. Para tetangganya datang ke halaman rumah Randy untuk membeli limun Drew. Bahkan orang-orang di kawasan yang berada di luar kompleks rumahnya pun berdatangan. Dalam sehari itu jalanan di depan rumah Randy penuh oleh mobil-mobil yang diparkir. Sejumlah orang, baik anak-anak maupun orang dewasa ramai-ramai membantu Drew untuk melayani pembeli lain. Dan tentu saja mereka membayar tak seharga seperti yang ditawarkan Drew, 25 cent segelas. Hari itu Drew bisa mengumpulkan pendapatan sampai US$10.000.
Tak hanya itu, orangtua teman sekolah Drew ada juga yang menggagas penggalangan dana lewat Facebook. Dan dalam waktu yang tak terlalu lama sudah terkumpul US$3.500. "Kita tahu bahwa cinta bisa datang dari seorang anak kecil. Sangat mengagumkan," kata seorang penyumbang
Richard Branson : When Risk Attract Money
Dia adalah Richard Branson, bos dari ratusan perusahaan di bawah payung Virgin Company yang terdiri dari perusahaan rekaman musik, maskapai penerbangan, lembaga keuangan, sampai perusahaan wisata antariksa. Omzetnya per tahun mencapai miliaran dolar Amerika. Dalam beberapa tahun terakhir, Branson masuk ke daftar orang terkaya di dunia.
Berani Ambil Risiko
Salah satu tindakan yang menjadi ciri khas Branson adalah keberaniannya dalam mengambil risiko. Dia seolah tidak peduli dengan risiko karena sangat percaya diri melakukan berbagai hal yang dianggap orang lain sangat riskan. Sejumlah perusahaan yang dibangunnya memiliki risiko yang lebih besar dibanding perusahaan sejenisnya. Maskapai penerbangan bertarif rendah Virgin Atlantic, misalnya. Atau, perusahaan wisata antariksa Virgin Galactic.
"Saya lebih mempertimbangkan indra keenam sebelum memulai bisnis. Tidak terlalu banyak menghitung. Kerjakan saja!" -Sir Richard Branson-
Jangan heran jika Branson terus-menerus menambah jumlah usahanya sampai lebih dari 150 perusahaan. Dia tidak takut gagal, bangkrut, dan sejenisnya. Baginya, jika kita yakin dengan yang akan dilakukan, lakukanlah tanpa ragu. Keraguan hanya akan membuat usaha kita gagal. Pada abad modern ini, Branson termasuk sedikit pengusaha yang sangat cepat berekspansi ke berbagai bidang usaha.
Ternyata sifat berani ambil risiko itu sudah melekat dalam diri Branson sejak muda. Dia berani berbeda dengan orang di sekitarnya. Ketika pendidikan formal dianggap sebagai jalan keluar utama untuk masalah kehidupan, Branson tidak sepaham. Dia memutuskan berhenti bersekolah formal pada tingkat SMA. Saat itu usianya baru 15 tahun. Sebuah keputusan tidak umum di negerinya, Inggris. Namun, dia tidak peduli. Baginya, keputusan tersebut yang terbaik saat itu. Dia yakin membuka usaha sendiri lebih menjanjikan, dengan mendirikan sebuah penerbitan (majalah).
"Kalau mau berhasil dalam bisnis, buanglah buku teks. Dalam berbisnis itu yang terpenting adalah mengerjakan semuanya dengan PASSION." -Sir Richard Branson-
Big Passion & Business Ethic
Meski memutuskan berhenti sekolah, tetapi impian dan keinginan Branson sangat besar untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Bahkan, sejak berhenti sekolah, keinginannya semakin besar dan tidak bisa dihalangi lagi. "Saya menjadi nothing to lose," ujarnya memberikan alasan.
Dari berbagai sepak terjangnya, kita bisa melihat seorang Branson yang tidak terhentikan. Dia membuka usaha dan terus membuka, tanpa khawatir dengan ancaman kegagalan. Dia yakin dan percaya dengan impiannya dan mengajak seluruh pegawainya untuk bekerja bersamanya mencapai impian tersebut.
Sekilas Branson terlihat sangat cuek dan santai. Mungkin karena salah satu filosofinya adalah bekerja untuk dinikmati. Dia tidak mau terjebak dalam rutinitas yang membuatnya tertekan. Meski demikian, Branson tetap mengutamakan profesionalismenya dalam bekerja dan berbisnis. Salah satu yang paling dijaganya sebagai pebisnis profesional adalah etika bisnis. Baginya, etika bukan hanya penting melainkan harus menjadi fondasi dalam berwirausaha. Etika jauh lebih mahal dan berharga dibanding bisnis.
Dengan berbagai pendirian, sikap, dan sifat seperti itu, Branson mampu mengajak banyak orang menjadi pengikutnya. Bukan hanya di perusahaan yang dia pimpin, melainkan juga jutaan orang lain yang mengagumi sosoknya. Apa yang dikatakannya didengar dan apa yang dilakukannya menjadi teladan. Sosok pemimpin yang layak menjadi acuan dan menjadi trend-setter. Branson merupakan sosok yang mencerminkan bahwa uang akan mengejar Anda bila Anda mau berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak takut akan risiko dan kegagalan.
Virgin Money, salah satu anak perusahaannya pada awalnya dibangun dengan cibiran dan keragu-raguan dari pihak lain, tetapi Branson tidak mau peduli dan tetap terus maju dengan visi dan keyakinannya. Sekarang, Virgin Money merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar di Eropa dan Australia, dan kini mulai merambah ke belahan dunia lain.
Love You, Mom
Setelah menjalani pernikahan selama 21 tahun, istriku ingin aku mengajak wanita lain pergi makan malam dan nonton. Begini kata istriku, "Aku mencintaimu, tapi aku tahu betul wanita ini juga mencintaimu dan dia akan senang sekali bisa pergi berduaan denganmu."
Wanita lain yang dimaksud istriku itu adalah IBU-ku sendiri, yang sudah menjadi seorang janda selama 19 tahun. Istriku ingin aku mengunjunginya mengingat selama ini kesibukan di kantor dan dengan ketiga anak kami membuat aku jarang menemui Ibu. Malam itu juga aku menghubungi ibu untuk mengajak keluar makan malam dan nonton di bioskop. "Ada apa ini, kamu baik-baik saja kan?" tanya Ibu.
Ibu memang tipe wanita yang mencurigai sebuah telepon di larut malam atau undangan yang tiba-tiba sebagai pertanda sesuatu yang buruk. "Kupikir akan menyenangkan menghabiskan waktu denganmu." Aku menjawab, "Hanya kita berdua saja." Ibu diam sejenak, dan berkata lagi, "Aku suka sekali."
Di hari Jumat setelah jam kantor, selagi berkendara menuju rumah Ibu, aku merasa sedikit gugup. Begitu tiba di depan rumah, kuperhatikan Ibu juga kelihatannya gugup dengan rencana kencan kami ini. Ia menunggu di depan pintu dengan mengenakan mantelnya. Rambutnya disanggul rapi dan pakaian yang dipakai saat itu adalah gaun yang pernah dikenakannya saat merayakan ulang tahun terakhir pernikahannya. Senyuman di wajah Ibu tampak sangat berseri-seri seperti malaikat. "Aku cerita pada teman-temanku kalau aku akan pergi dengan putraku. Dan mereka sangat terkesan," kata Ibu, sembari masuk ke dalam mobil. "Mereka tak sabar ingin segera mendengar tentang pertemuan kita."
Kami pun melaju menuju sebuah restoran yang meskipun tidak terlihat elegan, tapi sangat menyenangkan dan nyaman. Ibuku memegang tanganku seolah ia Ibu Negara. Setelah kami duduk, aku membacakan menu untuk Ibu. Matanya hanya bisa membaca tulisan berukuran besar. Saat asyik menelusuri daftar menu, tak sengaja aku melihat ke arah Ibu dan kulihat ia tengah duduk sambil menatapku. Sebuah senyuman nostalgia terlihat di bibirnya. "Dulu akulah yang harus membacakan menu sewaktu kamu kecil," katanya. "Kalau begitu, sekarang Ibu bisa bersantai dan biarkan aku yang gantian membacakannya," jawabku.
Selama menyantap makan malam, kami asyik mengobrol-tidak ada topik obrolan yang istimewa, hanya membicarakan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi di kehidupan kami masing-masing. Obrolan kami ternyata berlangsung sangat lama, sehingga tanpa disadari kami terlewat jadwal jam tayang film yang hendak kami tonton. Setibanya kami di rumah Ibu sejam kemudian, Ibu berkata, "Aku akan pergi keluar denganmu lagi, tapi kali ini biar aku yang mengundangmu." Aku pun menyetujuinya.
"Bagaimana kencan makan malamnya?" tanya istriku sewaktu aku pulang. "Sangat menyenangkan. Lebih asyik dibanding yang kubayangkan," jawabku.
Beberapa hari kemudian, Ibuku meninggal karena serangan jantung. Kejadian itu terjadi begitu mendadak, sehingga aku tak punya kesempatan untuk melakukan sesuatu baginya. Di hari-hari berikutnya, aku menerima sebuah amplop dengan salinan kuitansi pembayaran dari restoran yang sama dengan tempat aku dan Ibu pernah makan malam bersama. Terlampir juga sebuah catatan yang berbunyi: "Aku sudah bayar tagihannya. Sepertinya aku tidak bisa datang; tapi, aku sudah bayar untuk dua orang-satu untukmu dan satu lagi untuk istrimu. Kau tak pernah tahu betapa berartinya makan malam waktu itu bagiku. I Love You, Nak."
Saat itulah, aku menjadi paham pentingnya mengatakan tepat pada waktunya: "I LOVE YOU" dan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita kasihi.
Chen Shu-chu: Pahlawan Kedermawaan
Chen bukanlah pejabat penting di Taiwan atau tokoh berpengaruh di negeri itu. Ia hanya seorang perempuan yang menginjak usia 60-an tahun dan profesinya sebagai penjual sayuran. Majalah Forbes mengukuhkannya menjadi salah satu dari "48 Heroes of Philanthropy" / Pahlawan Kedermawanan 2010. Sementara majalah TIME memilihnya menjadi bagian dari "The 100 Most Influential People in The World" pada tahun yang sama.
Kisahnya memang inspiratif. Chen bekerja di suatu pasar di Taitung, Taiwan. Ia mengelola sebuah lapak sederhana untuk berjualan sayuran. Penghasilannya sebenarnya relatif sama dengan penjual sayuran lain yang berjualan di pasar itu. Tetapi yang membedakannya adalah ia mampu menyisihkan penghasilannya hingga NT$10 juta atau US$321.550 (sekitar Rp2,9 miliar) dalam kurun waktu 20-an tahun yang ia sumbangkan ke berbagai pihak seperti sekolah, panti asuhan, anak-anak miskin, dan sebagainya. Bagaimana ia mengumpulkan uang sebanyak itu? Bisa dikatakan pengalaman hidup dia sendirilah yang memampukannya berbuat demikian.
Chen Shu-chu kehilangan ibu dan adik bungsunya karena keluarganya tak punya cukup biaya untuk menolong mereka. Ketika ayahnya berhasil meminjam uang dari sana-sini untuk biaya perawatan sang ibunda, usaha ini sudah terlambat karena ibunya lebih dulu meninggal. Hal ini pun terulang kembali pada adik bungsunya. Sejak itu ia bertekad untuk berhemat demi mengumpulkan uang untuk berjaga-jaga. Ia makan sesuai kebutuhannya, tak perlu berlebihan. Ia berpakaian sederhana. Tak perlu pula berfoya-foya. Dengan berhemat, ia bisa menabung.
Setelah ayahnya meninggal di awal tahun 1990-an, Chen Shu-chu terinspirasi untuk menyumbangkan tabungannya agar bisa membantu orang lain. Ia menyadari, di luar sana banyak orang yang mengalami nasib seperti dirinya, sulit mendapat akses ke rumah sakit atau mendapat pengobatan yang memadai, karena miskin. Ia pun menyumbang ke biara Fo Guang Shan sebesar NT$1 juta (US$32.155 atau sekitar Rp289 juta). Uang sebesar itu merupakan akumulasi dari tabungannya bertahun-tahun.
Pada tahun 2000, ia kembali menyumbang yang kali ini ke Ren-ai Primary School, sekolah dasar tempat dulu ia sekolah, sebesar NT$1 juta. Dana itu diberikan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu mengembangkan pendidikan dan sebagainya.
Banyak orang yang heran bagaimana caranya Chen menabung hingga bisa memiliki tabungan sebanyak itu padahal ia hanya berjualan sayuran. "Belanjakan uang hanya untuk sesuatu yang benar-benar kita butuhkan, pasti bisa menabung uang yang banyak," kata Chen. Untuk melakukan itu, setiap malam Chen memindahkan uang recehan kembalian ke tiga dus kecil untuk ditabung. Dan ia terus melakukan hal itu. "Setiap orang pasti bisa melakukannya karena sangat mudah," katanya.
Ditambah dengan sikap hidup hematnya, maka tabungannya cepat bertambah banyak. Tentu bukan hanya uang recehan itu tabungannya. Hidup hemat Chen memang luar biasa. Selain makan secukupnya, berpakaian sederhana, ia pun tinggal di tempat sederhana. Ia terbiasa tidur di lantai sejak ia mulai berjualan sayur di pasar. Katanya, dengan cara begitu ia akan cepat bangun dan pergi ke pasar jika kesiangan. "Saya mencintai pekerjaan ini," katanya.
Meski sudah berjasa besar bagi orang lain, Chen Shu-chu menolak disebut kedermawanannya itu sangat luar biasa. "Ini bukan pekerjaan yang luar biasa. Tentu banyak orang lain di luar sana yang punya keinginan untuk menyumbang. Akan tetapi karena berbagai hal, mereka tak bisa melakukannya. Selain itu, pasti banyak juga yang sudah menyumbang cuma kita tak tahu saja," katanya. Ia juga menyebutkan, "Ketika saya menyumbang untuk membantu orang lain, ada perasaan damai dan bahagia di hati saya, saya pun jadi bisa tidur nyenyak," ujarnya. Luar biasa sekali!
Kutipan Mother Teresa
Bila kamu jujur dan terbuka, mungkin orang lain akan menipumu. Tapi bagaimanapun juga, jujur dan terbukalah.
Bila kamu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, bisa saja orang lain jadi iri. Tapi bagaimanapun juga, berbahagialah..
Bila kamu sukses, kamu akan mendapatkan beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati. Tapi, bagaimanapun juga, sukseslah!
Apa yang kamu bangun selama bertahun-tahun, mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam. Tapi bagaimanapun juga, bangunlah.
Kebaikan yang kamu lakukan sepanjang hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang lain. Tapi, bagaimanapun juga, berbuat baiklah.
Berikanlah yang terbaik dari dirimu! Pada akhirnya, kamu tahu bahwa ini adalah urusan antara kamu dan Sang Pencipta. Ini bukan urusan antara kamu dan mereka.
Kamis, 19 April 2012
Health Quotes To Inspire Your Success
- Be kind to your body. Respect it for it is the temple of your spirit.
- The difference between a champion and not a champion is...a champion can go through pain barrier. When the body gives up, the mind takes over. Better suffer the pain of struggle than suffer the pain of quitting.
- Give your BEST! Your ABSOLUTE BEST!! It's about GIVING the best OF you, before RECEIVING the best for you.
- Life is short, make it LONG.
- Tidak ada yang pantas untuk menghalangi saya untuk hidup sehat. Keluarga, pekerjaan, teman...mereka bukanlah alasan saya berhenti. Mereka adalah sebab saya memulai dan tetap konsisten.
- Berikan kebaikan untuk tubuhmu, karena tubuh adalah rumah untuk rohmu.
- Perbedaan antara seorang juara dan yang bukan juara adalah....juara bisa melalui ambang sakit. Saat tubuh menyerah, pikiran ambil alih untuk terus berjuang. Lebih baik menderita sakit dari berjuang daripada menderita sakit dari menyerah.
- Berikan yang terbaik dari dirimu. Yang PALING BAIK YANG BISA KAU BERIKAN!! Hidup adalah tentang MEMBERI yang terbaik DARI dirimu, baru kemudian MENERIMA yang terbaik UNTUK mu.
- Hidup ini pendek, buatlah jadi PANJANG.
Rabu, 11 April 2012
12 Cara Menyeimbangkan Hidup
1) Jangan merendahkan nilai diri kita dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Karena memang pada dasarnya setiap orang itu adalah pribadi yang berbeda, sehingga masing-masing kita adalah makhluk spesial.
2) Jangan menetapkan tujuan kita berdasarkan apa yang dianggap penting oleh orang lain. Kita sendirilah yang tahu apa yang terbaik bagi kita.
3) Jangan mengabaikan hal-hal atau orang-orang yang kita sayangi karena tanpa mereka hidup kita tidak ada artinya.
4) Jangan membiarkan hidup kita berlalu begitu saja dengan mengingat masa lalu atau mencemaskan masa depan. Dengan menjalani dan memaknai momen hari ini juga, seluruh hidup kita akan terasa penuh makna.
5) Jangan pernah menyerah jika memang masih ada yang bisa kita lakukan. Tiada yang pernah benar-benar berakhir hingga ketika kita berhenti mencoba.
6) Jangan takut untuk mengakui bahwa kita tidaklah sempurna. Inilah benang tipis yang mudah putus yang selalu mengikat setiap kita.
8) Jangan menutup diri Anda dari sesuatu hal bernama kasih sayang dengan mengatakan bahwa hal itu adalah mustahil. Cara tercepat untuk mendapatkan kasih sayang adalah dengan memberikannya pada orang lain. Cara tercepat untuk kehilangan kasih sayang itu adalah dengan menjaganya erat-erat. Cara terbaik untuk mempertahankan kasih sayang itu adalah dengan memberikannya sayap.
9) Jangan menjalani hidup ini dengan sikap terburu-buru, sehingga kita menjadi lupa tidak hanya di mana kita berada, tetapi juga ke mana kita akan melangkah.
10) Jangan lupa bahwa kebutuhan emosional terbesar seseorang adalah merasa dihargai.
11) Jangan takut untuk belajar. Pengetahuan itu tidaklah berat. Dia bagaikan sebuah harta yang bisa selalu kita bawa ke mana pun.
12) Jangan sembarang menggunakan waktu atau kata-kata. Keduanya tidak bisa ditarik atau diperoleh kembali. Hidup itu bukanlah suatu perlombaan, melainkan sebuah perjalanan yang perlu dinikmati setiap langkahnya.
Selamat menjalani setiap cara di atas guna membuat hidup kita lebih seimbang!
Selasa, 10 April 2012
Hitung Perbuatan Baik yang Anda Lakukan! Dapatkan Perasaan Lebih Bahagia
Cobalah ini, berikan tips yang tulus kepada orang yang membantu Anda. Bukakan pintu untuk orang lain, ambilkan topi yang terjatuh, izinkan orang lain mendahului Anda dalam antrean. Lakukan hal ini lebih sering, Anda akan terdorong untuk lebih sering berperilaku ramah. Orang bahagia cenderung lebih ramah. Mereka akan menjadi jauh lebih berharga, dan lebih bersyukur.
Pria Egois
Suatu hari, pria itu kehilangan 30 koin emasnya. Ia pergi ke rumah temannya dan menceritakan soal kehilangan itu. Temannya itu adalah orang yang baik.
Ketika putri temannya itu pulang setelah menyelesaikan suatu tugas, ia menemukan 30 koin emas. Setibanya di rumah, ia menceritakan pada ayahnya apa yang ditemukannya. Sang ayah berkata bahwa koin itu milik temannya dan dipanggillah temannya itu. Ketika si pria egois itu datang, sang ayah bercerita bagaimana putrinya telah menemukan 30 koin emas miliknya dan menyerahkan koin-koin itu kepada si pria egois itu. Setelah menghitung koin-koinnya, pria egois itu berkata bahwa masih ada 10 koin yang hilang dan menuduh putri temannya itu yang mengambilnya. Ia lalu berkomentar bahwa ia akan menarik sisa koinnya dari temannya itu. Tapi, ayah si gadis menolak.
Pria egois itu meninggalkan koin emasnya dan pergi ke pengadilan. Kepada hakim, ia melaporkan apa yang terjadi antara dirinya dan ayah si gadis.
Sang hakim memanggil si gadis dan ayahnya. Ketika mereka hadir di pengadilan, bertanyalah sang hakim kepada si gadis, berapa banyak koin emas yang dia temukan. Si gadis menjawabnya 30 koin emas. Sang hakim lalu bertanya kepada si pria egois, berapa banyak koin emas miliknya yang hilang. Jawabnya: 40 koin emas.
Sang hakim lalu berkata pada si pria egois bahwa koin-koin emas itu bukan miliknya karena si gadis hanya menemukan 30 koin, bukannya 40 koin seperti yang diklaim olehnya. Lalu, sang hakim meminta gadis itu untuk membawa pulang saja koin-koin emas itu. Apabila kelak ada orang yang mencari koin itu, sang hakim akan meminta orang itu mengambil sendiri pada si gadis.
Kemudian sang hakim berkata pada si pria egois bahwa jika ada seseorang yang melapor telah menemukan 40 koin emas, tentu saja ia akan memanggil si pria egois itu. Saat itulah, si pria egois langsung mengaku bahwa dirinya berbohong dan ia hanya kehilangan 30 koin emas. Tapi, sang hakim tidak menggubrisnya.
Dari kisah ini, kita diingatkan untuk selalu bersikap jujur dalam setiap kesempatan karena berbohong tak kan pernah ada gunanya.
Kekayaan Orang Miskin
Meski miskin, hidup Harun terasa sangat tenang dan dia merasa bahagia. Dia tak pernah perlu repot-repot menutup pintu dan jendela rumahnya di malam hari. Setiap malam pula dia tertidur dengan nyenyaknya. Tanpa uang, Harun merasa damai.
Sementara itu, Basuki selalu saja merasa gusar. Setiap malam dia selalu menutup pintu dan jendela rumahnya. Dia tak bisa tidur dengan tenang. Dia selalu gelisah dan khawatir kalau-kalau ada orang yang menjebol peti besinya dan mencuri semua uang simpanannya. Dia merasa iri akan hidup Harun yang damai.
Suatu hari, Basuki memanggil Harun dan memberikannya sekotak uang tunai sembari berkata. "Dengarlah temanku yang terhormat. Aku sudah diberkahi begitu banyak harta, dan aku melihat keadaanmu yang miskin. Karena itu, ambillah uang ini dan semoga hidupmu membaik."
Harun begitu bahagia. Sepanjang hari itu, hatinya gembira. Malam pun tiba. Harun pergi tidur seperti biasanya. Tetapi hari ini, dia tidak bisa tidur. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan menutup pintu serta jendela. Meski begitu, dia tetap tidak bisa tertidur dengan lelap. Dia mulai mengawasi kotak uangnya. Sepanjang malam itu, dia merasa gelisah.
Begitu fajar menyingsing, Harun mengembalikan kotak uang itu kepada Basuki. Saat menyerahkan kotak itu, Harun berkata, "Temanku yang terhormat, aku memang miskin. Tapi, uangmu ini membawa pergi kedamaian dari hidupku. Tolong mengertilah aku dan terimalah kembali uangmu ini."
Pesan dalam cerita ini:
Sungguh kasihan manusia yang sifatnya seperti tuan tanah dan petani dalam cerita ilustrasi di atas. Keterikatan dengan harta membuat mereka setiap hari menderita, tidak bisa tidur pulas, dan selalu cemas karena takut kehilangan harta. Bukannya bahagia dengan harta, tapi mereka justru menderita karena sibuk menjaganya!
Namun, apakah kebahagiaan hanya bisa didapat dengan cara hidup seperti si petani tersebut, yakni dengan cara apa adanya dan tanpa harus berusaha dan bekerja keras? Sudah pasti tidak! Kita berhak menjadi sukses. Maka, untuk itu, kita pun dituntut untuk bekerja keras guna mewujudkan kehidupan sukses yang kita inginkan.
Dan alangkah baiknya jika kita memiliki cara pandang yang benar pada harta dan materi. Salah satu caranya yaitu dengan mau menyisihkan sebagian harta untuk membantu orang lain. Sebab, dengan mau berbagi, kita sebenarnya sudah menjadi "tuan" bagi harta kita sendiri. Selain itu, menikmati kesuksesan dengan cara berbagi pada sesama pasti akan membuat hidup kita akan jauh lebih berarti.
Nilai Sebutir Nasi
Walau dibenci dan dijauhi, tetapi pangeran kecil ini masih punya satu-satunya sahabat seusia yang setia kepadanya, yaitu anak laki-laki dari pengasuhnya. Suatu hari, pangeran kecil meminta si bocah untuk "menemaninya makan" siang di ruang makan istana. Dalam artian, si bocah diminta menunggu dan melihat si pangeran makan dari pojok ruangan.
Sesaat sebelum makan, pangeran kecil terlihat seperti menundukkan kepala seolah sedang berdoa. Sejenak kemudian, sang pangeran mulai melahap segala hidangan yang tersaji di meja makan. Semua jenis makanan dicicipinya. Beberapa kali, ia hanya mencuil dan menggigit makananannya, lalu memuntahkan dan membuang sisanya di meja. Meja makan jadi berantakan dan sisa-sisa makanan berserakan di mana-mana. Sang pangeran seperti sedang mengolok-olok sahabatnya yang hanya berdiri memandanginya. Tapi bukannnya merasa terhina, si bocah kecil itu malah tersenyum-senyum sedari tadi. Pangeran kecil pun jadi tersinggung!
"Hai... apa yang kamu tertawakan? Dari tadi kamu tertawa-tawa melihat aku makan. Bahkan saat aku berdoa dan mengucap syukur, kamu juga tertawa."
Kata si bocah kecil dengan berani, "Pangeran tadi berdoa dan mengucap syukur. Tapi cara makan dan memperlakukan makanan, kok tidak sesuai? Jadi, buat apa berdoa dan bersyukur sebelum makan?"
"Ah... sok tahu kamu! Makananku berlimpah ruah. Aku boleh melakukan apa saja terhadap makanan itu," jawab pangeran kecil. "Ayo sekarang ikut aku ke gudang, aku akan tunjukkan berlimpahnya bahan makanan yang aku punya."
Maka, kedua sahabat itu pun segera pergi ke gudang bahan makanan kerajaan. Sesampai di gudang bahan makanan, ternyata ada seorang pegawai istana yang sedang menerima pajak beras dari beberapa petani. Maka, si pangeran berpura-pura menjadi raja yang bijak.
"Hai...rakyatku.. terima kasih ya. Bagaimana panen padi kalian?"
"Panen kali ini buruk sekali, Pangeran," jawab seorang petani, ketakutan. "Sawah ladang dihancurkan hama. Kami tidak tahu anak istri kami besok makan apa. Kami, hanya bertahan hidup dengan sedikit makanan. Jadi, mohon ampuni kami yang hanya mampu mempersembahkan sekantong beras ini. Tetapi beras yang kami persembahkan ini adalah beras terbaik yang kami miliki."
Mendengar jawaban itu, pangeran kecil tersentak dan baru tersadar. Ternyata rakyatnya sangat menderita dan terancam kelaparan, sementara dirinya malah menyia-nyiakan dan membuang-buang makanan yang begitu berharga itu. Si pangeran kecil kemudian lari meninggalkan tempat itu karena merasa malu pada diri sendiri. Dan sejak itu, perlahan-lahan tingkahnya berubah menjadi lebih sopan dan mau menghargai orang lain. Setiap kali hendak makan, ia mengingatkan dirinya sendiri, "Jangan sisakan sebutir nasi di piringmu!"
Sejak kecil, kita telah dididik untuk selalu berdoa dan mengucap syukur atas semua berkat yang diberikan Tuhan. Namun perlu diingat kembali, mengucap syukur bukan sekadar berdoa, bukan pula hanya sekadar melaksanakan formalitas. Tetapi lebih dari itu, rasa syukur kita harus disertai dengan sikap menghargai dan menghormati orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum butiran nasi yang kita makan sehari-hari memuaskan dan mengenyangkan perut kita, misalnya, pikirkan betapa banyak kerja dan kegiatan yang mendahuluinya. Bila kita mampu menghargai arti sebutir nasi serta orang-orang yang menghasilkannya, maka dasar pengertian dan kebijaksanaan itu akan melahirkan sikap mental positif dalam kehidupan kita.
Intinya, doa dan syukur harus didasarkan pada perbuatan nyata dan pengertian yang benar mengenai apa yang kita lakukan. Jika setiap doa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita disertai dengan pengertian kebijakan untuk menghargai segala usaha dan jerih payah orang lain, serta tidak menyia-nyiakan berkat yang sedang kita nikmati, niscaya, mereka kelak akan tumbuh menjadi orang-orang yang luhur budi pekertinya.
Senin, 09 April 2012
Nilai Kebaikan
Saya percaya ketulusan adalah nyawa dari perbuatan baik. Perbuatan baik akan bernilai jika kita tulus melakukannya. Ada pepatah bijak yang menyebutkan bahwa siapa yang berbuat baik maka ia akan mendapat balasan baik pula. Dan siapa yang berbuat sebaliknya akan mendapat hal yang sebaliknya pula.
Rabu, 04 April 2012
3 Rahasia Sukses Seorang Pemimpin Besar
1. Tidak tamak akan harta
Kemenangan yang diperoleh Genghis Khan memberikannya harta rampasan perang. Namun, ia tidak tamak melainkan membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya. Sementara ia sendiri hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Sikap inilah yang kemudian membuat prajuritnya setia.
2. Memegang teguh kepercayaan dan komitmen
Dalam satu pertempuran dengan salah satu suku Mongolia, Genghis Khan hampir terbunuh oleh salah seorang jenderal dari suku tersebut. Tapi, ia berhasil menyelamatkan diri dan akhirnya memenangkan pertempuran itu. Salah satu tawanan perang tersebut adalah jenderal yang hampir membunuhnya. Hanya bermodal kepercayaan dan sumpah setia dari jenderal itu, Genghis mengangkatnya menjadi salah satu jenderal kepercayaannya. Sikap ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa Genghis Khan tahu benar bagaimana mengelola amarah dan kapan suatu dendam itu dapat bermanfaat dan kapan tidak.
3. Pemimpin yang visioner
Meskipun Genghis Khan dibesarkan dalam budaya masyarakat nomaden (hidup mengembara dan berpindah-pindah), pada masa kekuasaannya ia membangun sebuah ibukota kerajaan yang permanen. Ia menjadikan ibukota tersebut sebagai pusat dagang dan budaya yang besar. Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera. Apa yang ia lakukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat seperti itu? Ia mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan, serta tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri. Meskipun buta huruf, Genghis Khan paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak ingin rakyatnya seperti itu, sehingga ia memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.
Selasa, 03 April 2012
Buah Perbuatan Baik
Suatu malam di sebuah kota di Philadelphia, AS, sepasang suami istri yang sudah tua masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka bertanya kepada seorang resepsionis, "Masih ada kamar untuk kami berdua?"
Jawab si resepsionis, "Maaf, Pak. Penuh semua. Di kota ini kebetulan sedang ada tiga pertemuan besar, sehingga semua hotel penuh. Tetapi saya tidak mungkin menolak Bapak dan Ibu dan menyuruh pergi tengah malam begini, sementara di luar hujan dan badai. Kalau mau, Anda berdua boleh menginap di kamar saya. Saya akan segera membereskan kamar saya untuk Anda."
Pagi harinya, ketika hendak membayar, tamu itu berkata, "Kamu seharusnya bukan menjadi pegawai biasa begini melainkan menjadi manajer hotel besar bertaraf internasional! Mungkin kelak saya akan membangun hotel tersebut dan kamu menjadi manajernya."
Pemuda resepsionis itu melihat mereka dan tersenyum. Lalu, mereka bertiga tertawa.
Dua tahun berlalu. Si resepsionis hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat yang mengingatkannya pada malam hujan badai. Laki-laki muda ini juga diminta datang mengunjungi pasangan tua tersebut di New York. Terlampir, tiket pulang-pergi untuk si pemuda.
Di New York, laki-laki tua itu membawanya ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Lalu, ia menunjuk sebuah gedung baru yang megah disana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk dikelola olehmu."
"Anda pasti sedang bercanda," jawab laki-laki muda itu.
"Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata laki-laki tua itu, sambil tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor dan struktur bangunan megah tersebut adalah Waldorf-Astoria Hotel. Laki-laki muda itu, adalah George C.Boldt.
Keramahan dan kebaikan resepsionis itu, untuk menerima tamu yang mengalami kesulitan di tengah malam, sebetulnya bukan perbuatan yang sulit untuk dilakukan. Semua orang sebetulnya bisa melakukannya. Apa sulitnya menyapa, menyalami dan menerima orang dengan senyum ramah? Apa sulitnya memperlakukan semua orang dengan kasih, kemurahan, dan rasa hormat?
Berbuat baik itu tidak rugi! Jangan malas berbuat baik, apalagi karena pesimis. Mari, mulai berbuat baik dari diri kita sendiri.
Katak dan siput
Yǒu yī zhǐ wō niú zǒng shì duì yī zhǐ qīng wā hěn yǒu chéng jiàn.
Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak.
有一天,忍耐许久的青蛙对蜗牛说:
Yǒu yī tiān, rěn nài xǔ jiǔ de qīng wā duì wō niú shuō
Suatu hari, katak yang kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput:
"蜗牛先生,我是不是有什么地方得罪了你,所以你这么讨厌我。"
Wō niú xiān shēng, wǒ shì bù shì yǒu shé me dì fāng dé zuì le nǐ, suǒ yǐ nǐ zhè me tǎo yàn wǒ."
"Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?"
蜗牛说:"你们有四条腿可以跳来跳去,
Wō niú shuō:"Nǐ men yǒu sì tiáo tuǐ kě yǐ tiào lái tiào qù
Siput menjawab: "Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari,
我却必须背着沉重的壳,贴在地上爬行,所以心里很不是滋味。"
Wǒ què bì xū bèi zhe chén zhòng de ké, tiē zài dì shàng pá xíng, suǒ yǐ xīn lǐ hěn bù shì zī wèi."
Tapi saya mesti membawa cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih."
青蛙说:"家家都有本难念的经,
Qīng wā shuō:"Jiā jiā dōu yǒu běn nán niàn de jīng,
Katak menjawab: "Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing,
你只是看见我们的快乐,没有看见我们的痛苦而已。"
Nǐ zhǐ shì kàn jiàn wǒ men de kuài lè, méi yǒu kàn jiàn wǒ men de tong kǔ ér yǐ."
hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak)."
这时,有一只巨大的老鹰突然来袭,
Zhè shí, yǒu yī zhǐ jù dà de lǎo yīng tú rán lái xí,
Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka,
蜗牛迅速地躲进壳里,青蛙却被一口吃掉了。
Wō niú xùn sù de duǒ jìn ké lǐ, qīng wā què bèi yī kǒu chī diào le.
siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.
Pesan: Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik pikirkanlah apa yang kita miliki. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur dan kebahagiaan bagi kita sendiri.
Bakti Besar Seorang Anak
Itulah ungkapan besarnya bakti dari seorang bernama Li Yuanyuan kepada sang ibu yang lumpuh kedua kakinya.
Sekitar dua dekade silam, ketika Li Yuanyuan masih berusia 7 tahun, sang ibu mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkannya lumpuh hingga sekarang. Sedangkan, hidup sang ayah sayangnya tak bisa diselamatkan.
Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan yang tinggal di Changchun, China, ini pun harus bekerja sebagai pemulung. Tapi, hasil kerja kerasnya habis terpakai untuk keperluan sang ibu.
Besarnya bakti Yuanyuan kepada sang ibu mendorong para tetangganya sukarela membantu mereka. Seorang tetangga yang berprofesi sebagai dokter tradisional setiap hari memberi terapi akupuntur secara gratis kepada ibu Yuanyuan. Bahkan, sang dokter "menurunkan" teknik akupuntur sederhana kepada Yuanyuan.
Rasa bakti Yuanyuan tak pernah berubah meski ia sudah menikah dan memiliki anak. Bahkan kini, ia bersama sang suami memikul tanggung jawab mengurus sang ibu. Ketika harus mengajak sang ibu ke luar rumah, menuju rumah sakit misalnya, Yuanyuan akan menggendong sang ibu sambil memangku anaknya di depan. Ajaib memang, tapi itulah yang dilakukannya. Kedua tangan Yuanyuan menyangga sang ibu, sedang sang ibu sendiri membantu merangkul cucunya dengan mengitari leher Yuanyuan.
Anak Paling Peduli
Pemenangnya adalah seorang anak berusia empat tahun. Rasa kepeduliannya yang besar ditunjukkan ketika tetangganya yang adalah seorang pria tua baru saja ditinggalkan sang istri tercinta. Ketika melihat pria tua itu duduk di halaman rumahnya sambil menangis, si anak melompati pagar, dan duduk di pangkuan pria tua itu. Si anak tetap di sana selama beberapa lama.
Ketika kembali ke rumah, sang ibu bertanya pada si anak apa yang dia katakan pada pria tua itu. "Tidak ada," jawab si anak. "Aku cuma membantunya menangis."
Perbuatan si anak dalam kisah di atas mencoba mengingatkan kita kembali bahwa diam pun bisa bermakna dalam meski terkesan pasif. Terkadang memang, seorang yang butuh penghiburan entah itu karena kehilangan orang terkasih atau tertimpa musibah dan sebab lainnya, tidak memerlukan kata-kata yang indah. Kehadiran kita di sampingnya atau sentuhan berupa pelukan cukup mampu menyalurkan kekuatan bagi mereka.
Sebuah Renungan Tentang Papa
Mungkin mama memang lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari! Tapi tahukah kamu, jika ternyata papa-lah yang mengingatkan mama untuk selalu meneloponmu?
Pada saat kamu masih kecil, papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah menganggapmu bisa, papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu. Tapi mama bilang, "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya!" Sebab, mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kamu, bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan saksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, mama menatapmu iba. Tetapi, papa akan mengatakan dengan tegas, "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang!" Tahukah kamu, papa melakukan itu karena ia tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang harus selalu dapat dipenuhi?
Ketika kamu sudah beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada papa untuk dapat izin keluar malam, dan papa bersikap tegas sambil mengatakan, "Tidak boleh!" Tahukah kamu, bahwa papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi papa, kamu adalah orang yang sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetuk pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah mama. Tahukah kamu, bahwa saat itu papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya? Sebenarnya papa sangat ingin mengikuti keinginanmu. Tapi, lagi-lagi dia HARUS menjagamu.
Setelah lulus SMA, papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang dokter atau insinyur. Ketahuilah bahwa seluruh paksaan yang dilakukan papa itu semata-mata hanya karena ia memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh, papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginannya!
Ketika kamu menjadi gadis dewasa dan harus pergi kuliah di kota lain, papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini dan itu, sekaligus menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal papa ingin sekali menangis seperti mama dan memelukmu erat-erat.
Yang papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu sambil berkata, "Jaga dirimu baik-baik, ya, sayang." Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT... kuat untuk pergi dan menjadi dewasa!
Saat kamu diwisuda sebagai seorang sarjana, papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang.
Saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada papa untuk mengambilmu darinya, papa akan sangat berhati-hati memberikan izin karena papa tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya.... Saat papa melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, papa pun tersenyum bangga. Apakah kamu tahu, di hari yang bahagia itu, papa pergi ke belakang panggung sebentar dan menangis? Papa menangis karena ia sangat berbahagia. Kemudian papa berdoa, "Ya Allah, tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu telah menjadi wanita yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu, papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih, serta badan dan lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya...!
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal! Oleh karena itu, sama seperti mama atau ibu, kasihi/perhatikan/hargailah dia. Nyatakan atau lakukan pada hari ini juga, mumpung masih ada waktu!
Bagi kita sendiri, yang telah menjadi seorang papa atau ayah, mari menjadi papa/ayah yang LUAR BIASA bagi putra/putri kita.
Frankie Legarreta, Sukses Menentukan Pilihan Hidup
Jenis sukses yang dicapai oleh Frankie ini adalah rasa bahagia dan kepuasan tersendiri dalam menjalani pekerjaannya. Meski kesehariannya diisi dengan menggenjot becak sejauh 32 km dari dan ke tempat mangkalnya setiap hari, Frankie bisa memperoleh manfaat yang lebih besar dan banyak dibanding yang didapatnya ketika masih bekerja di kantoran.
Ya, enam tahun lalu Frankie sempat melakukan pekerjaan nine-to-five. Namun, semuanya berubah ketika ia bertemu dengan seorang teman yang kebetulan memiliki banyak waktu luang. Ia menanyakan perihal pekerjaan temannya itu yang ternyata berprofesi sebagai penarik becak. Setelah melihat secara langsung bagaimana temannya bekerja, Frankie merasa begitu tertarik.
"Saya sudah bosan bekerja kantoran, jadi mulai mencoba menjadi pengemudi becak. Begitu saya menjalani profesi ini, saya berpendapat pekerjaan ini adalah cara yang sangat baik dalam mencari nafkah," begitulah pengakuan Frankie.
Dalam pengakuannya lebih lanjut, Frankie menjelaskan bahwa dengan menjadi pengemudi becak, ia bisa bertemu dengan berbagai macam orang dari seluruh dunia dan hal itu benar-benar membantu dirinya untuk bertumbuh baik secara mental maupun fisik. Memang kalau secara fisik, kegiatannya mengayuh mengelilingi Central Park, New York-yang menjadi tempat kerjanya-membuat berat badan Frankie turun lebih dari 16 kg.
Selain menjadi penarik becak, Frankie juga merangkap sebagai pemandu wisata bagi para penumpangnya. Dengan bersemangat, ia akan memberikan informasi tentang berbagai tempat menarik di kota New York yang memang tengah dilewati kendaraan becaknya.
Meski tidak pernah merasa lelah menggenjot mengelilingi Manhattan, Frankie tetap menanti-nantikan waktu bebasnya setelah seharian bekerja. "Selepas kerja, saya akan menghabiskan waktu bersama keluarga. Bersenang-senang dengan anak-anak," kata Frankie, "selama kami bisa membayar semua tagihan dan secara finansial kami baik-baik saja... kami merasa bahagia. Semua ini memang tentang kebahagiaan."
Selama tubuhnya masih sehat bugar, Frankie Legarreta akan terus memperlihatkan kota New York kepada para penumpang dengan becaknya selama berpuluh tahun kemudian. Karena hal itulah yang membuat hidupnya terasa lebih bermakna dan pasti lebih bahagia.
Itulah kisah sukses Frankie Legarreta. Sekali lagi, "sukses" dalam konteks ini tidak memiliki pengertian umum. Meski tak bergelimang harta, ia mampu menjalani kehidupannya dengan penuh bahagia bersama keluarganya, dan mengerjakan pekerjaannya dengan penuh sukacita. Itulah arti sukses sejati. Luar Biasa!