Saya sangat tertarik dengan sebuah tulisan dari David Vogelsang yang mengutip kembali sebuah semboyan:
"I CAN is 100 times more important than IQ!"
WOW!!
Saya sangat menikmati kutipan tersebut dan sama sekali tidak sedang
berusaha untuk mengembangkan pemaknaan dari semboyan itu untuk menjadi
sebuah euforia. Cukup kalau saya artikan secara sederhana saja menjadi:
"SANGGUP itu lebih penting dari CERDAS".
Apa benar seperti itu?
Pemaknaan kebenarannya jangan diartikan secara biasa-biasa saja, tetapi
harus menjadi bahan renungan yang sanggup mengusik dan menggelitik rasa
"heroik namun tulus hati" dalam mengemban sebuah tanggung jawab.
Banyak sekali perusahaan pada masa ini mulai mengembangkan cara-cara
perekrutan karyawan dari melalui TES IQ saja menjadi lebih luas lagi
lingkupnya dengan melakukan juga tes EQ, tes SQ, dan tes HRQ. Mungkin
dasar pemikiran terdalam dari semboyan di atas berasal dari HRQ (Human Relationship Quotient = kecerdasan untuk memahami orang lain / Skill with People).
Walaupun David Vogelsang ini berasal dari "Barat" di mana manajemen
dengan kultur barat ini lebih terfokus pada prestasi dan kecakapan
individu, lebih menjadikan kaum profesional di belahan dunia Barat
menjadi seorang spesialis yang opportunis (selalu sigap pada keahlian
yang terspesialisasi pada satu bidang dan lebih tertarik pada kesempatan
pengembangan karir yang lebih baik), toh beliau tertarik juga dengan
pemikiran di atas yang kalau kita gali lebih dalam maknanya sangat
kental manajemen dengan kultur ketimuran.
Dalam manajemen dengan kultur Timur, memang benar, bahwa sebuah
organisasi tidak terlalu mempertimbangkan kecakapan individu... selama
orang itu bisa memainkan peranannya dengan baik dalam team-worknya
di segala lini (bukan terpusat pada sebuah lini seperti yang dianut
manajemen budaya Barat) - maka dari itu jangan heran kalau seorang
Senior Director di perusahaan Jepang bisa tidak memerlukan sekretaris
pribadi, melakukan penjualan dan kunjungan ke pelanggan sendiri,
melakukan pengiriman sample produk sendiri, mengetik surat
penawaran harga bahkan sesekali ikut-ikutan sibuk di bagian lini
produksi dengan senang hati juga dilakukannya.
Budaya I CAN, seharusnya lebih dihargai oleh penganut manajemen Timur.
Tetapi karena orang Timur tidak terfokus pada spesialisasi, maka kalau
ada seorang eksekutif mau "turun" bersama dengan salesmannya berkeliling
kesana kemari atau sesekali ikut-ikutan mengemudikan "forklift" di lini
produksi.. semuanya dianggap biasa saja.
Sebaliknya budaya I CAN pada saat ini sedang mendapat perhatian besar
para penganut manajemen Barat yang tadinya serba spesialis, mereka mulai
menghargai para CEO dan level managernya yang mau terjun langsung ke
lapangan .. ini bisa Anda lihat dari gaya kepemimpinan CEO Barat yang
sudah mempelajari banyak manajemen Timur seperti Steve Jobs, Bill Gates
atau Warren Buffet yang kemana-mana masih sering mengemudikan mobilnya
sendiri tanpa sopir.
Itulah menariknya mempelajari "manajemen multi kultural": memperkaya
wahana kreativitas kita dalam mengembangkan diri serta membebaskan
pikiran dari belenggu dikotomi Barat dan Timur yang rasanya jadi tampak
kurang relevan lagi pada era globalisasi ini.
Business Warriors yang perkasa ...
Yes! See that I CAN before seeing my IQ!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar