Sekali lagi, menyumbang bukan urusan orang kaya saja. Orang
sederhana pun bisa melakukannya. Bahkan, dengan bentuk kepedulian pada
orang lain yang begitu tinggi, seorang tukang sayur pun bisa menyumbang
miliaran rupiah.
Chen bukanlah pejabat penting di Taiwan atau tokoh berpengaruh di negeri
itu. Ia hanya seorang perempuan yang menginjak usia 60-an tahun dan
profesinya sebagai penjual sayuran. Majalah Forbes mengukuhkannya menjadi salah satu dari "48 Heroes of Philanthropy" / Pahlawan Kedermawanan 2010. Sementara majalah TIME memilihnya menjadi bagian dari "The 100 Most Influential People in The World" pada tahun yang sama.
Kisahnya memang inspiratif. Chen bekerja di suatu pasar di Taitung,
Taiwan. Ia mengelola sebuah lapak sederhana untuk berjualan sayuran.
Penghasilannya sebenarnya relatif sama dengan penjual sayuran lain yang
berjualan di pasar itu. Tetapi yang membedakannya adalah ia mampu
menyisihkan penghasilannya hingga NT$10 juta atau US$321.550 (sekitar
Rp2,9 miliar) dalam kurun waktu 20-an tahun yang ia sumbangkan ke
berbagai pihak seperti sekolah, panti asuhan, anak-anak miskin, dan
sebagainya. Bagaimana ia mengumpulkan uang sebanyak itu? Bisa dikatakan
pengalaman hidup dia sendirilah yang memampukannya berbuat demikian.
Chen Shu-chu kehilangan ibu dan adik bungsunya karena keluarganya tak
punya cukup biaya untuk menolong mereka. Ketika ayahnya berhasil
meminjam uang dari sana-sini untuk biaya perawatan sang ibunda, usaha
ini sudah terlambat karena ibunya lebih dulu meninggal. Hal ini pun
terulang kembali pada adik bungsunya. Sejak itu ia bertekad untuk
berhemat demi mengumpulkan uang untuk berjaga-jaga. Ia makan sesuai
kebutuhannya, tak perlu berlebihan. Ia berpakaian sederhana. Tak perlu
pula berfoya-foya. Dengan berhemat, ia bisa menabung.
Setelah ayahnya meninggal di awal tahun 1990-an, Chen Shu-chu
terinspirasi untuk menyumbangkan tabungannya agar bisa membantu orang
lain. Ia menyadari, di luar sana banyak orang yang mengalami nasib
seperti dirinya, sulit mendapat akses ke rumah sakit atau mendapat
pengobatan yang memadai, karena miskin. Ia pun menyumbang ke biara Fo
Guang Shan sebesar NT$1 juta (US$32.155 atau sekitar Rp289 juta). Uang
sebesar itu merupakan akumulasi dari tabungannya bertahun-tahun.
Pada tahun 2000, ia kembali menyumbang yang kali ini ke Ren-ai Primary
School, sekolah dasar tempat dulu ia sekolah, sebesar NT$1 juta. Dana
itu diberikan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu mengembangkan
pendidikan dan sebagainya.
Banyak orang yang heran bagaimana caranya Chen menabung hingga bisa
memiliki tabungan sebanyak itu padahal ia hanya berjualan sayuran.
"Belanjakan uang hanya untuk sesuatu yang benar-benar kita butuhkan,
pasti bisa menabung uang yang banyak," kata Chen. Untuk melakukan itu,
setiap malam Chen memindahkan uang recehan kembalian ke tiga dus kecil
untuk ditabung. Dan ia terus melakukan hal itu. "Setiap orang pasti bisa
melakukannya karena sangat mudah," katanya.
Ditambah dengan sikap hidup hematnya, maka tabungannya cepat bertambah
banyak. Tentu bukan hanya uang recehan itu tabungannya. Hidup hemat Chen
memang luar biasa. Selain makan secukupnya, berpakaian sederhana, ia
pun tinggal di tempat sederhana. Ia terbiasa tidur di lantai sejak ia
mulai berjualan sayur di pasar. Katanya, dengan cara begitu ia akan
cepat bangun dan pergi ke pasar jika kesiangan. "Saya mencintai
pekerjaan ini," katanya.
Meski sudah berjasa besar bagi orang lain, Chen Shu-chu menolak disebut
kedermawanannya itu sangat luar biasa. "Ini bukan pekerjaan yang luar
biasa. Tentu banyak orang lain di luar sana yang punya keinginan untuk
menyumbang. Akan tetapi karena berbagai hal, mereka tak bisa
melakukannya. Selain itu, pasti banyak juga yang sudah menyumbang cuma
kita tak tahu saja," katanya. Ia juga menyebutkan, "Ketika saya
menyumbang untuk membantu orang lain, ada perasaan damai dan bahagia di
hati saya, saya pun jadi bisa tidur nyenyak," ujarnya. Luar biasa
sekali!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar